Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Gondangdia, Kawasan Elite Jakarta yang Istimewa Sejak Dahulu
8 Desember 2020 18:13 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Salah satu kawasan ibukota yang sarat dengan bangunan peninggalan Belanda adalah Kota Tua Gondangdia, Jakarta Pusat.
ADVERTISEMENT
Asal usul nama Gondangdia sendiri ada dua versi. Pertama, Gondangdia berasal dari nama pohon gondang yang tumbuh pada tanah basah. Versi lain menyebut Gondangdia adalah nama binatang air sejenis keong berukuran besar.
Di jalan Cut Meutia, bangunan di sisi kiri dan kanan kebanyakan masih berarsitektur Belanda, seperti Masjid Cut Meutia. Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels, sebelum dijadikan masjid, dahulu adalah kantor pengembang perumahan De Boewploeg. Di tangan pengembang asal Belanda itulah Gondangdia menjadi wilayah perumahan elit yang kini bangunan-bangunannya telah banyak berubah fungsi.
Tidak jauh dari Masjid Cut Meutia terdapat Rumah Menteng 37. Rumah itu dahulu milik CF Starkey, direktur NV Java Neon Company. Sebelum berubah fungsi menjadi kantor seperti sekarang, Rumah Menteng 37 pernah diubah menjadi tempat penampungan perempuan dengan keterbatasan ekonomi yang dimotori Christian Women Union.
ADVERTISEMENT
Bangunan peninggalan Kolonial lainnya adalah Gedung Joang 45. Gedung yang sekarang menjadi museum, pada mulanya adalah hotel. Dibangun oleh Schomper, hotel tersebut diberi nama yang sesuai dengan nama pendirinya.
Kala itu, Schomper mendirikan hotel sebagai tempat singgah para pejabat Belanda dan elit pribumi serta pengusaha asing yang berkunjung ke Batavia. Schomper dan keluarganya juga tinggal di sana. Akan tetapi, mereka terusir sejak Jepang berkuasa di Indonesia.
Tentara Jepang menyita aset Schomper dan mengubah hotel menjadi asrama dan tempat pendidikan bagi pemuda Indonesia. Tujuannya untuk menciptakan pemuda-pemuda Indonesia yang mendukung aksi Jepang di Tanah Air.
Akan tetapi, para pemuda justru menjadikan asrama tersebut sebagai tempat pendidikan nasionalisme. Ada peran Soekarno, Mohammad Hatta, Adam Malik, Chaerul Saleh, dan tokoh pemuda pejuang kemerdekaan lain dalam menanamkan nasionalisme di asrama tersebut.
ADVERTISEMENT
Nama Schomper juga sempat diubah menjadi Gedung Menteng 31. Nama baru Gedung Menteng 31 sempat beberapa kali mengalami perubahan fungsi menjadi kantor Kementerian Pengerah Tenaga Rakyat dan Kantor Dewan Harian Angkatan 45. Karena dahulu memiliki peran besar dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan, Gedung Menteng 31 pun diubah menjadi museum sejak 1974.
Bangunan bersejarah lain di kawasan Gondangdia adalah Tugu Kunstkring Palaes dan Pasar Gondangdia. Dibuka pada 17 April 1914, Kunstkring menjadi pusat pameran seni dan restoran mewah. Lukisan karya pelukis ternama Pablo Picasso dan Vincent van Gogh pernah dipamerkan di gedung tersebut.
Sementara Pasar Gondangdia merupakan tempat jual beli. Pasar tradisional Gondangdia menjadi cikal bakal lahirnya gado-gado Boplo yang terkenal hingga saat ini. Nama Boplo diambil dari kata De Boewploeg.
ADVERTISEMENT
Gondangdia saat ini adalah kawasan elit yang tertata rapi. Kehadiran Stasiun Gondangdia memudahkan warga Jakarta, Depok, Bogor dan Tangerang mendatangi kawasan tersebut untuk bekerja, jalan-jalan atau sekadar transit.
Sumber artikel: indonesia.go.id