Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Konten dari Pengguna
Gunongan, Peninggalan dari Masa Pra-Islam di Aceh yang Sejarahnya Diperdebatkan
8 Desember 2020 20:45 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Wisatawan yang berkunjung ke Taman Putroe Phang, tentu akan melihat kompleks tempat Gunongan berada saat ini di Banda Aceh. Gunongan ini adalah bangunan yang dibuat pada masa Kerajaan Aceh Darussalam di bawah pimpinan Sultan Iskandar Muda. Bangunan ini dikatakan sebagai persembahan sultan bagi permaisurinya yang berasal dari Phang atau Kerajaan Pahang yang rindu terhadap tanah leluhurnya.
ADVERTISEMENT
Para peneliti sejarah ternyata meragukan klaim itu. Snouck Hurgronje yang meneliti khusus tentang Aceh di awal abad 20 adalah salah seorang yang meragukan Gunongan sebagai bangunan yang didirikan pada masa Kesultanan Aceh Darussalam. Dia meyakini bahwa bangunan itu berasal dari masa pra-Islam seperti makam-makam yang ada di sekitar kompleks itu yang memang sebagian berasal dari zaman para "meurah". Perlu diketahui gelar "meurah" adalah gelar penguasa Aceh sebelum masuknya pengaruh Islam.
Sementara itu, Husein Djajadiningrat (1916), dia justru meyakini kalau Gunongan dibuat pada masa Kesultanan Aceh. Tepatnya pada masa kekuasaan Sultan Iskandar Tsani atau masa sesudah Sultan Iskandar Muda. Ia yakin karena catatan itu tertulis dalam Kitab Bustan al-Salatin itu bukti sejarah yang kuat dimana menyebutkan bahwa "... pada zaman baginda lah berbuat suatu bustan". Penulisnya adalah Nuruddin ar-Raniry yang saat itu menjadi Qadi atau Penghulu Utama kerajaan masa Iskandar Kedua.
ADVERTISEMENT
Denys Lombard (1967) adalah salah seorang yang melihat Gunongan sebagai bangunan yang dapat menceritakan saat pengaruh Islam bertemu dengan karakter Asia Tenggara. Dia membandingkannya dengan "Meru" yang ada di istana Sri Menanti di Negeri Sembilan dan gunung buatan yang ada di Taman Sunyaragi, Cirebon yang dibuat pada abad 18.
Robert Wessing, antropolog Belanda berpendapat bahwa Gunongan adalah simbol dari gunung kosmis yang berasal dari masa pra-Islam. Pendekatan ini adalah pendekatan antropologi budaya yang melihat munculnya suatu simbol selalu berkait dengan alam budaya Asia Tenggara yang berkembang pada zaman itu. Pengaruhnya jelas berasal dari sebelum Islam seperti terlihat bekasnya hingga kini dalam simbol gunungan wayang yang diperkirakan telah ada sebelum masa kedatangan agama Hindu pada abad ke-7 M.
Catatan sejarah yang memperkuat argumen Wessing adalah catatan Joao De Barros (1552-1615) yang berumur sedikit lebih tua beberapa tahun sebelum Sultan Iskandar Muda naik tahta. Jika pencatatan De Barros tidak keliru dia akan memberikan kepastian bahwa Gunongan tidak didirikan pada abad 17 M. Bangunan itu sudah terkenal jauh sebelum De Barros tiba di Aceh.
ADVERTISEMENT
De Barros mengatakan bahwa dulu di daerah Aceh ada kuil besar yang ada di wilayah orang-orang tak beriman (heathen) yang terkenal karena puncaknya terbuat dari emas. Dia berkilau-kilau memantulkan cahaya matahari. Kitab Bustan al-Salatin juga menuliskan hal yang sama tentang puncak Gunongan yang dihiasi oleh Mahkota Bunga yang terbuat dari suasa (campuran emas dan tembaga).
Sumber artikel: indonesia.go.id