Gustavus Adolphus II, 'Singa dari Utara' Penyelamat Protestan

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
17 Desember 2018 11:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gustavus Adolphus II  (Foto: wikipedia.org)
zoom-in-whitePerbesar
Gustavus Adolphus II (Foto: wikipedia.org)
ADVERTISEMENT
Gustavus Adolphus II dilahirkan pada 1594 di Stockholm, sebagai putra mahkota dari Raja Charles IX dari Swedia. Setelah kematian ayahnya, Adolphus menduduki takhta kerajaan pada 1611.
ADVERTISEMENT
Namun karena saat itu ia masih berusia 17 tahun, yang dianggap sangat muda, Adolphus harus berusaha membuat beberapa konsesi dengan para bangsawan Swedia agar dirinya memperoleh loyalitas dari mereka.
Loyalitas para bangsawan itu sangat dibutuhkan Adolphus, mengingat negaranya akan berperang selama hampir seluruh periode ia menduduki takhta. Jika terjadi pemberontakan di dalam kerajaannya, sudah tentu kerajaannya akan hancur, sehingga ia harus memastikan keamanan bagi kekuasaannya.
Sekitar tahun 1611, Adolphus menghadapi perang pertamanya, sebagai raja, melawan Denmark, namun kalah. Belum selesai memulihkan pasukannya, Adolphus kembali harus memasuki medan pertempuran, kali ini melawan Rusia pada 1613.
Swedia memperoleh kemenangan, dan berhasil mengucilkan Rusia dari wilayah Laut Baltik. Adolphus menaklukan kota penting, Raiga, dan mengadakan gencatan senjata dengan musuh-musuhnya, untuk sejenak memulihkan kekuataannya.
ADVERTISEMENT
Selama perang melawan Denmark, Rusia, dan Polandia, Adolphus melakukan perubahan besar di dalam kemiliteran Swedia. Ia membentuk tentara nasional, berisikan para pria di atas usia 15 tahun yang sebelumnya telah melakukan wajib militer. Tentara nasional bentukannya itu tercatat sebagai yang pertama di Eropa modern, karena umumnya angkatan bersenjata saat itu terdiri dari pasukan bayaran yang dikendalikan oleh bangsawan.
Adolphus juga mempelajari “tercio” Spanyol dan memodifikasinya, dengan membentuk pasukan yang terdiri dari 216 pemanah dan 192 pasukan infanteri bersenapan musket. Barisan pasukannya itu disusun dalam enam jenjang kepangkatan.
Pasukan tentara nasional Swedia itu dibagi menjadi beberapa divisi penyerangan. Tigas pasukan ditugaskan membentuk kelompok tempur, sementara sisanya dilatih menjadi pasukan kavaleri yang mampu menyerang dengan cepat, baik menggunakan pedang maupun pistol dalam jarak dekat.
ADVERTISEMENT
Pasukan Adolphus ini juga diketahui sebagai pasukan Eropa pertama yang menggunakan meriam tiga tembakan. Adolphus benar-benar mampu mengubah pasukannya menjadi salah satu yang terbaik dalam hal teknik bertempur di dunia.
Pada bulan Juni 1630, Adolphus membawa gabungan pasukannya –terdiri dari infanteri, kavaleri, dan artileri– menyeberangi Laut Baltik menuju Jerman. Sebagai pengikut Lutherian yang taat, Adolphus melibatkan dirinya dalam Perang Tiga Puluh Tahun untuk membantu perjuangan Protestan.
Gustavus Adolphus II, 'Singa dari Utara' Penyelamat Protestan (1)
zoom-in-whitePerbesar
Foto: commons.wikimedia.org
Pasukan Swedia menempati posisi yang kuat di Jerman Utara, dengan menahan serangan dari kekuatan Katolik Imperial di Breitenfeld tahun 1631. Kemenangan Adolphus di Jerman membuatnya dijuluki sebagai “Singa dari Utara” dan “Penyelamat Protestanisme”.
Pada musim semi 1632, ia berperang di bagian selatan Jerman, dan menaklukan Munich pada Mei 1632. Beberapa bulan kemudian, Adolphus memimpin 16.000 pasukan dalam Pertempuran Lutzen Pertama melawan pasukan Katolik di bawah pimpinan Albrecht von Wallenstein, yang membawa banyak pasukan sewaan handal.
ADVERTISEMENT
Pasukan Swedia berhasil memenangkan pertempuran ini, tetapi harus dibayar mahal dengan terbunuhnya Adolphus, akibat luka yang sangat parah di sekujur tubuhnya.
Sumber: Crompton, Sameul Willard. 2007. 100 Pemimpin Militer yang Berpengaruh di Dalam Sejarah Dunia. Tanggerang: Karisma