Konten dari Pengguna

Hamzah Fansuri, Tokoh Tasawuf Sekaligus Sosok Penting di Dunia Sastra Melayu

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
24 Januari 2021 20:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kitab Melayu. Sumber: Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kitab Melayu. Sumber: Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Hamzah Fansuri adalah seorang tokoh tasawuf yang terkenal. Ia pula terkenal sebagai pengarang kitab-kitab sastra tasawuf di dunia Melayu. Sastra tasawuf pernah memainkan peranan penting dalam perkembangan agama Islam di Nusantara.
ADVERTISEMENT
Hamzah Fansuri meski dikenal sebagai tokoh terkenal di masa lampau, tapi tidak banyak yang diketahui tentang riwayat hidupnya. Para peneliti Eropa seperti Kraemer,Doorenbos, dan Winstedt berkata bahwa Hamzah Fansuri hidup pada paruh pertama abad ke 17. Tapi adapula yang berpendapat bahwa Hamzah Fansuri hidup pada paruh kedua abad ke 16. Menurut Drewes, pada tahun 1590, Hamzah Fansuri masih diingat orang tetapi sudah menjadi tokoh masa lampau.
Sumber: Wikimedia Commons
Tempat lahir Hamzah Fansuri juga menimbulkan perbedaan pendapat. Pada umumnya para peneliti berpendapat bahwa ia dilahirkan di Barus, sebuah bandar yang letaknya di pantai barat Sumatera Utara antara Singkel dan Sibolga. Fansuri adalah nama yang diberikan pelaut dan pedagang asing yang menyinggahi bandar itu untuk berniaga sejak zaman dahulu kala.
ADVERTISEMENT
Syed Naguib al-Attas menyatakan bahawa Hamzah Fansuri dilahirkan di Syahr-Nawi. Kota Syahr Nawi pada paruh kedua abad ke 16 adalah kota dagang yang banyak dikunjungi oleh pedagang Islam dari India, Parsi, Turki, dan Arab. Sudah tentu banyak ulama juga tinggal di bandar ini. Di bandar inilah Hamzah Fansuri berkenalan dengan ajaran wujudiyah yang kemudian hari dikembangkannya di Aceh.
Sumber: Wikimedia Commons
Hamzah Fansuri adalah pengikut ajaran Ibn Al-Arabi yang mengajar martabat lima dan tidak tahu langsung tentang ajaran martabat tujuh yang merupakan ciri khusus ajaran Syamsuddin Al-Sumatrani. Syamsuddin adalah tokoh tasawuf juga yang menulis kitab-kitab Melayu semasa kesultanan Aceh.
Hasil karya Hamzah Fansuri banyak yang ditulis dalam bentuk syair. Syairnya merupakan syair yang mula-mula ditulis dalam bahasa Melayu. Ada tiga buah karya Hamzah Fansri yang berhasil dikumpulkan dan diterbitkan kembali berkat usaha Doorenbos dan Syed Naguib al-Attas. Ketiga karya itu adalah Asrar al-'Arifin, Syarab al-'Asyikin, dan al-Muntahi.
ADVERTISEMENT
Sumber: Liaw Yock Fang. 2016. Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik. Pustaka Obor Indonesia: Jakarta