Hirohito dan Perubahan Besar Jepang

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
20 Juli 2018 18:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Foto: commons.wikimedia.org
Hirohito lahir di Tokyo, Jepang, pada 29 April 1901. Sejak kecil ia memperoleh sebagian besar pendidikannya dari tokoh-tokoh militer Jepang yang sangat terkenal pada masanya.
ADVERTISEMENT
Pada 1921, Hirohito mengunjungi benua Eropa, dan tercatat sebagai pangeran Jepang pertama yang meninggalkan tanah airnya, Setelah kembali dari Eropa, Hirohito harus menggantikan tugas-tugas ayahnya, yang ketika itu tengah menderita sakit. Mahkota kekisaran Jepang, takhta Showa (berarti perdamaian yang cerah), diwarisi Hirohito pada 25 Desember 1926.
Pada masa pertama pemerintahannya, kurang lebih selama 19 tahun, Hirohito tidak terlalu aktif mengambil bagian dalam dunia perpolitikan Jepang. Ia lebih banyak membiarkan pihak-pihak militer Jepang mendominasi pemerintahan. Hasilnya, kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah Jepang menjadi lebih ekspansionistik.
Beberapa kebijakan itu akhirnya menghasilkan perang dengan China tahun 1937-1945, dan aliansi militer dengan kekuatan Poros Roma-Berlin-Tokyo tahun 1945. Aliansi itulah yang membawa Jepang ikut serta dalam Perang Dunia II. Selain itu Jepang juga terlibat pada serangkaian peperangan di wilayahnya.
ADVERTISEMENT
Campur tangan pertama Hirohito dalam dunia perpolitikan Jepang terjadi pada Agustus 1945. Hirohito secara pribadi menginginkan Jepang menerima Deklarasi Postdam, yang menuntut Jepang menyerah tanpa syarat.
Keinginan Hirohito itu berhasil memecah kebuntuan dalam pemerintahan mengenai masalah-masalah perdamaian, terutama selama Perang Dunia II. Hirohito berhasil membuka jalan untuk mengakhiri kekejaman-kekejaman selama masa perang yang sangat menyengsarakan rakyatnya.
Emperor Hirohito (Foto: Wikimedia Commons.)
Pada 14 Agustus 1945, terjadi momen bersejarah tatkala Hirohito untuk pertama kalinya berbicara kepada rakyat. Ia mengumumkan penyerahan tanpa syarat Jepang kepada Sekutu, dan mengakhiri perang.
Hirohito mencoba mengubah Jepang menjadi sebuah negara yang demokratis. Salah satu caranya adalah menjalin kerjasama dengan pasukan Sekutu. Pada 1 Januari 1946, Hirohito menolak klaim bahwa dirinya merupakan titisan Dewa Matahari. Sangat berbeda dengan kaisar-kaisar sebelumnya yang menggunakan konsep kekuasaan Shinto sebagai keturunan dewa.
ADVERTISEMENT
Hirohito membuat langkah-langkah baru dalam sistem ketatanegaraan Jepang. Ia menyutujui konstitusi 1947 untuk membentuk sistem monarki konstitusional di Jepang dan membatasi sebagian besar peran kaisar hanya seputar hal-hal seremonial saja. Hirohito pun melakukan banyak hal untuk memperbaiki wibawa istana di depan rakyat.
Meski Hirohito terlibat dalam rencana Jepang selama masa Perang Dunia II, pihak Sekutu menyutujui untuk tidak menuntut Hirohito atas kejahatan perang. Pengadilan militer hanya berfokus pada Jenderal Tojo Hideki, Perdana Menteri Jepang selama masa perang.
Setelah Perang Dunia II berakhir, Hirohito berusaha keras untuk memperbanyak hubungannya dengan rakyat Jepang. Ia ingin menarik hati rakyat Jepang yang sebelumnya telah tertutup untuk pihak istana. Hirohito dan istrinya sempat melakukan serangkaian kunjungan persahabatan ke wilayah Eropa dan Amerika Serikat pada tahun 1970-an.
ADVERTISEMENT
Hirohito wafat pada 7 Januari 1989, setelah menderita sakit yang cukup lama. Takhta kekasiaran Jepang diwarikan kepada putra mahkotanya, Akihito.
Sumber: Susanto, Ready. 2011. 100 Tokoh Abad ke-20 Paling Berpengaruh. Bandung: Nuansa