Konten dari Pengguna

HOS Tjokroaminoto, Sang Penggerak Kemerdekaan dan Pendidikan Indonesia

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
30 Maret 2021 18:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
HOS Tjokroarninoto merupakan sosok yang berpengaruh dan begitu ditakuti oleh pemerintah Hindia Belanda. Pria bernama lengkap Raden Mas Hadjo Oemar Said Tjokroaminoto ini dijuluki De Ongekroonde van Java atau “Raja Jawa Tanpa Mahkota” oleh pemerintah kolonial Belanda untuknya.
ADVERTISEMENT
Laki-laki kelahiran Desa Bakur, Tegalsari, Ponorogo, Jawa Timur pada tahun 1883 ini memang tak memiliki pendidikan formal. Putera dari Raden Mas Tjokroamiseno ini hanya lulusan akademi pamong praja Opleiding School Voor lnlandse Ambtenaren (OSVlA) di Magelang. la adalah belajar ilmu secara otodidak yang memiliki pengaruh kuat di kalangan rakyat jelata.
Tidak sedikit rakyat yang menganggapnya sebagai Ratu Adil, karena gagasannya dianggap melebihi zaman serta selalu berpihak kepada rakyat dan negaranya. Tjokro justru menolak sebutan itu. Dia justru mengingatkan bangsa Indonesia untuk bekerja keras agar tercipta Indonesia yang merdeka.
Karir Tjokro berawal setelah ia bertemu dengan Haji Samanhudi, pendiri Sarekat Dagang Islam (SDI),di Surabaya pada 1912. Saat itu Tjokro mengusulkan agar nama SDI diubah menjadi Sarekat Islam (SI) tanpa meninggalkan misi dagangnya dengan maksud lebih luas cakupannya. Usulannya itu diterima dan ia diminta menyusun anggaran dasar SI. Pada tanggal 10 September 1912 SI pun resmi berdiri, Haji Samanhudi sebagai ketua dan Tjokro sebagai komisaris untuk Jawa Timur.
Sumber: Wikimedia Commons
Pada 1915, Tjokro menjadi ketua sentra SI yang merupakan gabungan dari SI di daerah-daerah. Dalam organisasi ini, Tjokro berjuang untuk menghapuskan diskriminasi usaha terhadap pedagang pribumi. Ia berupaya menghilangkan dominasi ekonomi penjajah Belanda dan para pengusaha keturunan Cina. Pada Maret 1916, SI diakui secara resmi oleh pemerintah Hindia Belanda.
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan pemuda keturunan bangsawan Jawa lainnya, H.O.S. Tjokroaminoto merupakan tokoh yang berupaya keluar dari belenggu budaya Jawa. Tidak heran kalau ia tidak memilih organisasi Budi Oetomo sebagai wadah perjuangannya. Padahal Tjokroaminoto layak bergabung dalam organisasi eksklusif priyayi Jawa itu.
Ayahnya, RM. Tjokroamiseno adalah seorang wedana di Kleco, Madiun,sedangkan kakeknya, RM Tjokronegoro adalah Bupati Ponorogo. Selain memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, pokok gagasan Tjokro yang terkenal adalah pentingnya kebebasan berpolitik serta perlunya membangkitkan kesadaran akan hak-hak kaum pribumi. Gagasan patriotiknya bisa dilihat dalam berbagai ceramah dan tulisan di media massa seperti Bintang Surabaya, Utusan Hindia, Fajar Asia.
Sumber: Wikimedia Commons
Tjokroaminoto juga melakukan gerakan penyadaran, ia ingin bangsa Indonesia memiliki pemerintahan sendiri dan terbebas dari belenggu penjajahan. Bangsa Indonesia harus bisa menyalurkan suaranya dalam masalah politik, misalnya lewat pembentukan sebuah parlemen sebagai perwujudan prinsip demokrasi. Dengan begitu, kehidupan bangsa Indonesia diatur oleh perundangan-undangan yang diputuskan oleh bangsa Indonesia sendiri di lembaga itu.
ADVERTISEMENT
Gagasan Tjokroamino to itu dilontarkannya di tengah-tengah Kongres Nasional Pertama Sarekat Islam pada tahun 1916. Tak lama setelah ia mengusulkan pembentukan sebuah parlemen, pada tahun 1918, pemerintahan kolonial Belanda bersedia membentuk Dewan Rakyat (Volksraad). Tjokroaminoto dan tokoh SI pada saat itu, Abdul Muis dan Agus SaIim terpilih sebagai anggota Dewan Rakyat.
Mereka pun bertekad untuk bentuk parIemen yang seutuhnya. Ketiganya menyampaikan mosi agar anggota parIemen dipilih dari rakyat, serta membentuk pemerintahan yang tanggung jawab kepada parIemen. Sayang, ditolak oleh pemerintah kolonial Belanda. Kemudian, Tjokroaminoto memaksa SI untuk tak bekerjasama lagi dengan pemerintah Hindia Belanda.
Sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id