Konten dari Pengguna

Indische Arkhitektur, Warisan Kolonialisme di Bandung

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
24 Februari 2017 11:04 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Indische Arkhitektur, Warisan Kolonialisme di Bandung
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Lebih kurang 350 tahun lamanya kolonialisme Belanda menancapkan kuku di tanah Indonesia, (Hindia Belanda). Lamanya kolonialisme Belanda rupanya dapat disaksikan oleh saksi bisu kala itu. Arsitektural Indis menjadi salah satu bukti sejarah yang unik untuk bisa menceritakan kolonialisme di Hindia Belanda, Indonesia kala itu.
ADVERTISEMENT
Arsitektural gaya Indo-Eropa atau yang lebih dikenal dengan Indische Architektur mulai hadir di Indonesia, tepatnya Bandung sejak Abad 20. Pada 1 April 1906 Bandung berstatus gemeente atau pusat kota negara mengingat kondisi alamnya yang asri. Pengembangan dan pembangungan fasilitas kota Bandung pun digerakkan guna memenuhi kebutuhan penghuni sebagai warga kota.
Puncak pembangunan Bandung pun terjadi pada 1920-1940 ketika arsitektur Belanda mencoba menginovasikan proyek pembangungan gedung di Hindia Belanda yang berdaerah tropis dibandingkan Belanda. Di samping itu, proyeksi pembanguan gedung itu pun menginginkan sebuah identitas atau karakter colonial Belanda di tanah jajahan tanpa menghilangkan unsur arsitektur tradisional Nusantara (Jawa). Gencarnya proyeksi pembangunan gedung di Bandung disebut-sebut sebagai proyek pengembangan arsitek nasional hingga internasional.
ADVERTISEMENT
Kehadiran arsitektur Indis bukan saja bukti perpaduan budaya Barat dan local di Bandung. Namun dapat dinilai sebuah rekayasa sempurna ketika bangunan Barat mencoba tanggap terhadap kondisi local baik dalam penataan ruangan hingga sirkulasi udara dan cahaya.
Ed Cuypers, PAJ Moojen, dan Henri Maclaine Pont merupakan tiga perancang yang tak terlepaskan dari sejarah arsitektur Indis di Bandung. Mereka berhasil memadumadankan kedua kebudayaan berbeda dan menghasilkan sebuah maha karya yang disebut Indo-Europeesche Architectuur Stijl.
Dan Villa Hang Eng Khan merupakan salah satu contoh maha karya arsitektur Indis oleh FW Brinkmann pada 1930 yang menjadi bukti perkembangan arsitektur modern periode 1920 -1940 di Bandung. Konon villa itu direncanakan sebagai tempat kediaman Ratu Willhemina ketika berkunjung ke Hindia Belanda kala itu.
ADVERTISEMENT