Konten dari Pengguna

Java Instituut: Lembaga Ilmiah Pertama Hindia Belanda

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
9 Oktober 2017 15:11 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Keseriusan Mangkunegoro VII untuk melindungi dan melestarikan budaya Jawa, pada 1918 mengantar pada pembentukan Komite Pembangunan Kebudayaan Jawa yang mempersiapkan suatu konferensi tentang budaya Jawa.
ADVERTISEMENT
Dalam konferensi ini membahas berbagai soal, seperti sejauh mana pendidikan berdasarkan sistem Barat perlu diberikan tempat dalam kurikulum sekolah. Juga dibahas cabang-cabang ilmu Barat mana yang harus diprioritaskan, dan perlu tidaknya dihidupkan kembali unsur budaya Jawa yang telah hampir punah.
Konferensi itu ternyata sukses digelar, para utusan dari 50 organisasi lebih, Jawa maupun Eropa, datang ke Solo. Seribu dua ratus orang menghadiri konferensi itu, dengan Mangkungegoro sebagai ketua kehormatan. Java Instituur, yang didirikan setahun kemudian, merupakan hasil langsung dari konferensi ini.
Java Instituut merupakan lembaga ilmiah pertama yang berdiri di Hindia Belanda, didirikan pada 4 Agustus 1919 di Surakarta. Anggaran Dasar dan Rumah Tangga lembaga ini disahkan Gubernur Jenderal melalui keputusan tanggal 17 Desember 1919 No 75. Pendirinya antara lain P.A.A.P. Prangwadono (Mangkunegoro VII), R. Dr. Hoesein Djajadiningrat, R. Sastrowijono, dan Dr. E.D.K. Bosch, sedangkan pengurus yayasan pertama kali diketuai oleh Dr. Hoesein Djajadjningrat, sedangkan Dr. F.D.K. Bosch bertindak sebagai sekretaris.
ADVERTISEMENT
Dalam perkembangan selanjutnya pengurus ini dilengkapi dengan pembantu ahli dalam berbagai bidang. Tokoh-tokoh seperti Ir. Th. Karsten, Dr. W.F. Stutterheim, S. Koperberg, P. Sisten, tercantum dalam personalia kepengurusan ini.
Tujuan utama perkumpulan ini ialah mendorong perkembangan budaya Jawa, Madura, Sunda, dan Bali dalam arti yang seluas-luasnya. Guna mencapai tujuan ini, lembaga tersebut akan mengumpulkan dan menyebarkan segala macam informasi mengenai seluruh aspek kebudayaan Jawa, Sunda, Madura dan Bali baik yang mutakhir maupun yang lama (Hetdoelder vereenenging in de ontwikkeling van de inheemsche cultuur, in den meest uitgebreidenzin van het word van Java, Maodera, en Bati bevorderen).
Kegiatan-kegiatan Java-Instituut yang cukup menonjol dan dapat menyumbangkan banyak hal bagi pengembangan intelektualitas antara lain, diadakannya Kongres Kebudayaan dan Sejarah, lomba karya tulis tentang budaya Jawa, menerbitkan empat majalah, yaitu Djawa, Poesaka Djawi, Poesaka Sunda, dan Poesaka Madhoera, mendirikan sekolah kerajinan tangan, didirikannya museum Sana Budaya pada 1935, dan juga diadakan Kongres Bahasa pada Oktober 1924 di Bandung.
ADVERTISEMENT
Java-Instituut adalah salah satu lembaga pelestarian budaya yang turut andil penting dalam mencetak para intelektual-intelektul yang sadar akan pentingnya konstruksi budaya di masyarakat, di tengah gempuran budaya Eropa yang merasa paling tinggi kala itu.
Sumber: Djajadiningrat, Madelon dan Clara Brinkgreve. 2014. Persahabatan Musik: Surat-Menyurat Mangkunegoro VII dengan Etnomusikolog Jaap Kunst. Jakarta: Yayaysan Obor Indonesia.
foto : www.bukoe.com