Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Jejak Perjuangan Jenderal Soedirman dan Berbagai Cara untuk Mengenangnya
16 Desember 2020 18:21 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jejak catatan hidup Jenderal Soedirman jadi pancaran semangat abadi yang memberi suluh, bukan hanya bagi langkah TNI secara khusus, juga bagi seluruh bangsa Indonesia.
ADVERTISEMENT
69 tahun lebih setelah kematiannya pada 29 Januari 1950, keberadaannya bukan saja masih dikenang melainkan juga bahkan terus diinternalisasi kuat di dalam batin TNI. Fenomena ini masih menggejala kuat. Seperti belum lama berselang, pada Senin 7 Oktober 2019, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto meresmikan Monumen Panglima Besar Jenderal Soedirman di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur.
Dalam momen peresmian itu, Hadi mengatakan bahwa sosok Soedirman bukan hanya panglima besar melainkan juga Bapak TNI, yang merupakan peletak nilai-nilai dasar TNI dan menjiwai setiap pelaksanaan tugas TNI.
Nilai-nilai kepemimpinan dan keprajuritan beliau menjadi suri tauladan tidak hanya bagi seluruh prajurit TNI, tapi juga bangsa Indonesia secara keseluruhan.
Soedirman merupakan sumber inspirasi dan motivasi karena telah berjuang mempertahankan kemerdekaan. Soedirman juga menunjukkan bukti kemanunggalan TNI dan rakyat sebagai kekuatan.
Di Indonesia, opini perihal profil Soedirman cenderung berupa pujian. Soedirman adalah tipe ideal yang menggambarkan seorang tentara rakyat. Bukan saja merepresentasikan wujud kemanunggalan tentara dan rakyat. Pada sosok Soedirman ini juga tercermin adanya model kepemimpinan yang teguh, berintegritas tinggi, pribadi yang sederhana dan jujur, serta memiliki sikap tanpa pamrih.
ADVERTISEMENT
Pujian atas pribadi Soedirman tentu bukan semata tecermin pada pembangunan monumen di Mabes TNI di Cilangkap. Masih di seputar Ibu Kota Jakarta, masih ada satu patung Panglima Besar Jenderal Soedirman berukuran 6,5 meter dan penyangganya 5,5 meter sehingga memiliki tinggi keseluruhan 12 meter. Terletak di Jl Jenderal Sudirman juga, patung yang diresmikan pada 2003. Di Museum Satria Mandala di Jl Gatot Subroto, di sana juga bakalan ditemui ruangan khusus yang didedikasikan buatnya.
Selain Jakarta, monumen berupa patung Panglima Besar Jenderal Soedirman juga muncul di beberapa kota di Indonesia. Sebutlah, misalnya Yogyakarta, Surabaya, Pacitan, Magelang, atau bahkan di Alor NTT.
Di Yogyakarta sendiri setidaknya terdapat tiga patung Soedirman. Pertama, patung Soedirman di halaman depan Gedung DPRD DIY. Berbahan batu andesit dibuat di tahun 1950-an, patung setinggi 3 meter ini merupakan karya seniman Hendra Gunawan dari Sanggar Pelukis Rakyat. Sedangkan dua patung Soedirman lainnya ialah berada di depan Museum Sasmitaloka dan Taman Makam Pahlawan Kusumanegara.
ADVERTISEMENT
Sosok Jenderal Soedirman terlihat banyak di museum-museum yang sengaja dibangun sebagai dedikasi buatnya. Di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, misalnya, rumah masa kecilnya dahulu kini jadi Museum Soedirman; Museum Sasmitaloka yang telah disebut di atas merupakan rumah dinasnya saat tinggal di Yogyakarta. Masih dari Kota Pelajar, museum lain seperti Monumen Yogya Kembali juga memiliki ruangan khusus buat Soedirman.
Di Magelang, Jawa Tengah, sebuah kota tempat gladi kemiliteran bagi calon prajurit TNI-AD, pun dibangun Museum Soedirman. Museum ini sengaja dibangun untuk mengenang keberhasilannya memimpin peperangan dan memukul mundur tentara Sekutu dalam momen Palagan Ambarawa di sekitar akhir tahun 1945.
Di Pacitan Jawa Timur, jejak perang gerilya Soedirman yang pernah bermarkas di sana selama lebih dari tiga bulan, juga dibuat menjadi museum sejarah. Tak jauh dari situ dibangun Monumen Panglima Besar Jenderal Soedirman yang megah, diresmikan pada 15 Desember 2008, saat Hari Juang Kartika atau Hari Hut TNI-AD.
ADVERTISEMENT
Di era Presiden Soekarno, nama Soedirman juga disematkan sebagai nama sebuah universitas negeri di Purwokerto Jawa Tengah. Dikenal dengan akronim “Unsoed”, universitas ini didirikan pada 1963. Setelah hampir lima belas tahun sejak mangkatnya, pada 10 Desember 1964 Presiden Soekarno melalui Keputusan Presiden No. 314 Tahun 1964 menetapkan Soedirman sebagai Pahlawan Nasional.
Selain itu, pemerintah juga memberikan berbagai tanda kehormatan secara anumerta, seperti Bintang Sakti, Bintang Gerilya Bintang Mahaputra Adipurna, Bintang Mahaputra Pratama, Bintang Republik Indonesia Adipurna, dan Bintang Republik Indonesia Adipradana. Soedirman juga dipromosikan menjadi Jenderal Besar atau Bintang Lima pada tahun 1997.
Sejumlah jalan juga dinamai sesuai namanya, termasuk sebuah jalan utama di Jakarta. Katharine McGregor dalam bukunya History in Uniform: Military Ideology and the Construction of Indonesia's Past bahkan menyatakan, hampir setiap kota di Indonesia memiliki jalan dengan nama Soedirman.
ADVERTISEMENT
TNI menempatkan sosok Soedirman sebagai simbol kepemimpinan tentara. Di awal masa Orde Baru, gambar Soedirman ditampilkan dalam seri uang kertas rupiah terbitan 1968. Dalam peringatan duapuluh lima tahun kemerdekaan, tahun 1970, pemerintah juga mengeluarkan uang logam berbalut emas bernilai nominal Rp.25.000 dengan gambar Soedirman.
Tak berhenti di situ, Soedirman juga ditampilkan sebagai karakter utama dalam beberapa film seperti Janur Kuning (1979) dan Serangan Fajar (1982). Terakhir, pada 2015 film berjudul Jenderal Soedirman juga dibuat.
Menariknya lagi, nilai kepahlawanan yang mawujud dalam sosok ini bukan hanya dirasakan oleh bangsa Indonesia, melainkan juga diapresiasi oleh bangsa Jepang selaku salah satu negara yang dulu justru pernah menjajah Indonesia. Terletak di depan halaman Kementerian Pertahanan di Tokyo, merujuk laman KBRI untuk Jepang, patung Jenderal Soedirman berbahan perunggu setinggi sekitar empat meter merupakan satu-satunya patung pahlawan asing yang dipajang di Negeri Sakura.
ADVERTISEMENT
Menurut Kementerian Pertahanan Jepang dikatakan, “Patung Jenderal (Soedirman) ini merupakan simbolisasi dari perkembangan persahabatan dan kerja sama damai antara Jepang dan Indonesia.”
Tentu, menarik dicatat di sini, apresiasi yang besar terhadap nilai-nilai kejuangan dan sejarah pejuangan Soedirman ternyata merentang dari periode awal sejarah kemerdekaan, dari era Presiden Soekarno hingga sekarang di era Presiden Joko Widodo. Lebih dari itu, apresiasi ini bahkan juga diakui oleh pemerintah Jepang selaku mantan negara penjajah selama 3,5 tahun
Sumber Artikel: indonesia.go.id