Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.0
Konten dari Pengguna
Jejak Transporasi Prasejarah Nusantara dalam Lukisan Perahu di Seni Cadas
20 Desember 2020 19:33 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Seni cadas (rock art) adalah lukisan yang terdapat pada dinding gua atau ceruk, tebing, dan batu. Dibuat oleh masyarakat prasejarah, ekspresi seni itu bisa mengambil segala rupa sebagai objeknya. Seni cadas termasuk kajian disiplin arkeologi, yang berperan menginterpretasikan segala tinggalan masa lalu yang terekam pada motif-motif lukisan karya nenek moyang manusia.
ADVERTISEMENT
Lukisan itu lazim diekspresikan di dinding gua-gua, seni cadas ditemukan di Benua Amerika, Afrika, Eropa, Australia, dan Asia. Di Asia sendiri, seni cadas ditemukan di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Sedangkan di Asia Tenggara, sejauh ini seni cadas ditemukan di Malaysia, Thailand, Filipina, dan Indonesia.
Teknik lukisan menggunakan teknik semprot, teknik kuas, dan teknik cap. Bahan pewarnanya berasal dari pigmen alami. Pewarna alami yang memiliki warna merah ini bernama ‘oker’. Bahan ini dihasilkan dari tanah liat berpigmen hematit atau mineral kemerahan karena mengandung zat besi yang teroksidasi.
Di Indonesia, ekspresi seni cadas ini lazim disebut dengan istilah ‘gambar cadas’ atau ‘lukisan gua’. Selain itu, juga disebut dengan beberapa istilah seperti ‘cap tangan’ atau ‘hand stencil’, ‘gambar tangan’, ‘gambar telapak tangan’ dan ‘gambar bayangan tangan’. Penggunaan kata tangan nisbi cukup dominan. Pasalnya di Indonesia banyak temuan seni cadas yang mengambil objek representasi berupa figur tangan.
Selain itu, yang menarik dicatat tentu saja ialah lukisan berupa motif perahu sebagai objek. Adanya motif ini semakin menunjukkan bahwa sejak dahulu kala perahu merupakan salah satu sarana transportasi yang penting bagi masyarakat di Nusantara.
ADVERTISEMENT
Jelas, penciptaan perahu merupakan jawaban atas kebutuhan masyarakat penghuninya. Tinggal dalam lanskap geografis kepulauan (archipelago island), di mana pulau-pulaunya juga memiliki sungai-sungai, keberadaan perahu tentulah sangat vital maknanya. Penggunaan perahu diduga kuat sudah ada sejak kurun prasejarah, yang catatan sejarahnya salah satunya terdokumentasikan dalam rupa lukisan motif perahu pada tradisi seni cadas ini.
Para peneliti seni cadas di Indonesia menemukan bentuk motif perahu. motif ini setidaknya sejauh ini ditemukan di beberapa titik lokasi, antara lain, situs Pangkep di Sulawesi Selatan, Pulau Muna di Sulawesi Tenggara, Pulau Flores, Kepulauan Kei di Maluku Tenggara, Sangkulirang di Kalimantan Timur, dan Teluk Berau di Papua Barat.
Di luar itu, namun masih satu regional yang berdekatan dengan lokasi Indonesia, yaitu di kawasan Gua Niah di Sarawak-Malaysia dan kawasan Tutuala di Timor Leste, juga ditemukan fenomena yang relatif sama.
Pada mulanya sarana transportasi air paling awal pada masyarakat penutur Austronesia di Nusantara adalah rakit bambu. Dalam perkembangan selanjutnya rakit bambu ini berkembang menjadi perahu yang dibuat dari gabungan balok-balok kayu yang diikat jadi satu. Balok-balok kayu itu kadang diceruk pada bagian dalamnya sehingga mirip kano atau dikenal dengan sebutan perahu lesung.
ADVERTISEMENT
Dari perahu yang dibuat dengan balok kayu ini lalu berkembang menjadi perahu berlunas ganda (double canoe) atau katamaran. Selanjutnya dari perahu berlunas ganda ini, berkembang menjadi perahu bercadik tunggal dan hingga pada akhirnya perahu bercadik ganda.
Ada dugaan bahwa hubungan pelayaran jarak jauh perahu-perahu Austronesia dengan perahu di lautan Hindia diperkirakan telah terjadi pada kisaran antara 1000 dan 600 SM
sumber: indonesia.go.id