Konten dari Pengguna

Jejak Uang Logam Cina di Jawa Tempo Dulu

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
11 Desember 2020 17:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Uang logam berlubang. Sumber: Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Uang logam berlubang. Sumber: Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Ahli bahasa dan kolektor barang kuno asal Belanda, JLA Brandes, mengatakan, sebelum kedatangan pengaruh India, masyarakat Nusantara setidaknya telah memiliki 10 unsur kebudayaan sebagai kepandaian asli mereka. Di antara 10 unsur itu, menarik dicatat di sini, dia menyebutkan mata uang atau alat tukar-menukar.
ADVERTISEMENT
Meskipun Brendes menyimpulkan demikian, sejauh ini prasasti yang ada menyebutkan fungsi sejenis mata uang barulah ditemukan di akhir abad ke-9. Kurun ini ditengarai merupakan awal masuknya Hindu-Buddha, khususnya di Pulau Jawa. Artefak mata uang kuno yang ditemukan juga ditengarai berasal dari kisaran era tersebut. Di masyarakat Bali, uang kepeng dari Cina masih dipakai sebagai mata uang di awal abad ke-20.
Di masa Kerajaan Mataram Kuno itu, masyarakat saat itu telah mengenal bentuk uang Ma. Berbentuk bulat dengan bahan terbuat dari emas. Memiliki berat 2,4 gr dengan tebal 4 mm dan berdiameter 7,7 mm. Desain sisi depan bergambar hiasan biji wijen dan sisi belakang beraksara huruf Dewanagari (Sansekerta) bertuliskan “Ta”. Contoh artefaknya kini jadi koleksi Museum Bank Indonesia.
Sumber: Wikimedia Commons
Memasuki periode Majapahit di akhir abad ke-13 hingga, mata uang berbahan emas sudah tidak ditemukan. Dari sumber BI Insititute dicatat era itu muncul uang “gobog”. Berbahan tembaga, berbentuk bulat dengan lubang di tengah.
ADVERTISEMENT
Bicara soal mata uang logam Cina yang terkenal dengan nama “kepeng”, Lombard mencatat sejak abad ke-12 Masehi uang ini memiliki peranan penting di Jawa. Tapi sumber lain, Analisis Hasil Penelitian Arkeologi II – Kehidupan Ekonomi Masa Lampau Berdasarkan Data Arkeologi (1991), mencatat hingga pertengahan abad 13 M rupa-rupanya kepeng belum jadi mata uang dominan di Tanah Jawa. Kesimpulan ini didasarkan pada tidak adanya sumber-sumber tertulis tentang hal itu.
Barulah satu abad kemudian, di era Raja Hayam Wuruk memerintah di Majapahit, mata uang yang berlaku di Jawa adalah kepeng. Dalam istilah lokal, kepeng disebut dengan istilah pisis. Selain sumber berita dari catatan perjalanan orang-orang Cina, penggunaan uang kepeng dalam sistem moneter masyarakat di Tanah Jawa juga tercatat di banyak prasasti dan bahkan termaktub dalam kitab undang-undang Majapahit, Kutaramanawa.
Sumber: Wikimedia Commons
Sayangnya sejauh ini, menurut Lombard belum pernah dilakukan satu pun kajian perihal mata uang-mata uang Cina ini. Padahal artefak uang kepeng yang ditemukan di Nusantara melintasi banyak dinasti. Sebutlah seperti dari dinasti Tang, Song, Ming, Qing, dan tak sedikit jumlahnya yang tidak dapat diidentifikasi.
ADVERTISEMENT
Sekalipun demikian, lanjut Lombard, semua kesaksian sepakat akan pentingnya uang tersebut di pelabuhan-pelabuhan pesisir. Zhao Rugua, salah satu berita Cina dari abad ke-13, mencatat adanya penyelundupan kepeng secara diam-diam, karena adanya permintaan yang sangat besar dari Jawa terhadap mata uang itu. Ma Huan, salah seorang juru tulis Zheng He atau Cheng Ho, pada 1433 atau abad ke-15, menulis bahwa mata uang tembaga Cina dengan cap berbagai dinasti lazim dipakai di Nusantara.
Sedangkan dari abad ke-16 Tome Pires juga memberikan kesaksian. Menurutnya, uang kepeng ini lazim berlaku di Pasundan maupun di Jawa. Menarik dicatat pula di sini, Pires juga memberitakan bahwa di Tanah Jawa sama sekali tidak ditemukan uang emas dan perak
ADVERTISEMENT
Sumber artikel:indonesia.go.id