Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.1
Konten dari Pengguna
John Jacob Astor, si Tuan Tanah New York Abad Ke-19
3 April 2021 19:54 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Keluarga Astor mulai dikenal oleh publik sebagai keluarga dengan kekayaan tertinggi di Amerika Serikat bagian utara. Bermula dari munculnya John Jacob Astor (1763-1848), seorang anak tukang daging yang berasal dari Waldorf, Jerman. Ia meninggalkan kampung halamannya untuk pergi ke London dan akhirnya menetap di New York.
ADVERTISEMENT
Sekitar tahun 1780-an, J.J. Astor belajar mengenai perdagangan bulu hewan. Ia memutuskan akan menjalankan bisnis bulu hewan sebagai karir pertamanya di New York. J.J. Astor sangat percaya diri dengan bisnisnya itu, dan bertekad menjadi pedagang bulu hewan nomor satu di New York.
Menjelang pertengahan tahun 1790-an, cita-citanya itu terwujud, ia berhasil mengalahkan pesaing-pesaingnya, yang telah menjalankan bisnis itu cukup lama, dalam penjualan bulu hewan hingga menjadi yang terbaik.
Pada 1808, ia mendirikan perusahaan bulu hewan bernama American Fur Company untuk menyaingi perusahaan Hudson’s Bay Company, yang sama-sama menjual bulu hewan. Perusahaan Astor berkembang sangat pesat dan tidak lama kemudian berhasil memonopoli bisnis bulu hewan di Amerika Serikat.
Setelah tahun 1834, keluarga Astor memutuskan untuk mengalihkan bisnisnya pada bidang penjualan tanah. Ia membangun Astor House di kota New York, sebagai hotel keluarga pertama di wilayah itu.
ADVERTISEMENT
Setelah John Jacob Astor wafat pada 1848, bisnis keluarga Astor dengan nilai lebih dari USD 20 juta diwariskan kepada putranya, William Blackhouse Astor. Kekayaan keluarga Astor saat itu menjadi yang terbesar di Amerika Serikat bagian utara.
W.B. Astor kemudian berhasil mengembangkan bisnis jual beli tanah milik keluarganya. Sehingga keluarga itu pun dikenal sebagai “Tuan Tanah New York”. Namun sikapnya yang buruk membuat W.B. Astor tidak disenangi oleh publik dan banyak dikritik.
Ia pun berupaya menyelamatkan reputasinya, mengingat hal itu akan sangat berdampak pada perjalanan bisnisnya.
W.B. Astor lalu melakukan renovasi pada rumah-rumah petak yang terlihat tidak terawat, dan menggabungkannya dengan bangunan Astor Library, yang nantinya menjadi bagian dari New York Public Library.
ADVERTISEMENT
Anggota keluarga Astor lainnya, William Waldorf Astor (1848-1919), yang merupakan cucu dari John Jacob Astor, lebih memfokuskan kariernya pada dunia politik. Ia sempat menduduki beberapa jabatan penting dalam pemerintahan Amerika Serikat.
Tidak puas dengan kariernya di Amerika, ia memutuskan untuk pindah ke London pada 1890. Ia dianugerahi gelar kebangsawanan, Baron Astor of Hever Castle pada 1916 dan pada 1917 dianugerahi 1st Viscount of Hever Castle.
Pada waktu yang bersamaan, cabang keluarga Astor yang menetap di Amerika Serikat semakin makmur. John Jacob Astor IV (1864-1912), cicit dari John Jacob pertama, berhasil membangun sejumlah hotel mewah di New York, seperti Astoria, Knickerbockerm, dan St. Regis.
Ia menjadi salah seorang penumpang kapal Titanic ketika kapal itu tenggelam pada 1912. John Jacob Astor tewas dalam insiden tersebut. Bisnis keluarga Astor kemudian dilanjutkan oleh Vincent Astor (1891-1959).
ADVERTISEMENT
***
Referensi: