John Locke, Pencetus Paham Liberalisme

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
22 Januari 2021 17:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
John Locke  | Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
John Locke | Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
John Locke, filsuf kenamaan Inggris, dilahirkan di Wrington, Inggris, pada 1632. Ia menempuh pendidikan di Universitas Oxford, lalu mendapatkan gelar sarjana muda pada 1656 di bidang kedokteran, dan gelar master pada 1658.
ADVERTISEMENT
John Locke sangat tertarik dengan berbagai cabang ilmu pengetahuan, hal itulah yang mempertemukannya dengan ahli kimia terkemuka Robert Boyle dan berteman baik dengan Isaac Newton. Pada usia 36 tahun, John Locke diangkat sebagai anggota Royal Society di pemerintahan Inggris.
Perkenalannya dengan Earl of Shaftesbury menjadi awal mula perjalanan John Locke dalam menemukan ide-ide dasar demokrasi konstitusional. Ia diangkat sebagai sekertaris dan dokter pribadi keluarga bangsawan tersebut.
John Locke | John Locke Foundation
Shaftesbury merupakan seorang juru bicara penting bagi dunia perpolitikan liberal. Karena aktivitas politiknya, bangsawan itu sempat dipenjarakan oleh Raja Charles II untuk beberapa waktu. Pada 1682, Shaftesbury lari ke Belanda untuk menyelamatkan dirinya dari kejaran pasukan Inggris, di mana dia meninggal tahun berikutnya.
ADVERTISEMENT
John Locke yang dekat dengan keluarga Shaftesbury ikut dicurigai oleh keluarga kerajaan, sehingga ia memutuskan untuk menetap di Belanda pada 1683. Ia tinggal di Belanda sampai pengganti Raja Charles, Raja James II, digulingkan pada 1688 pasca revolusi di Inggris.
John Locke kembali pulang ke Inggris pada 1689 ketika keadaan politik di sana dirasa sudah aman untuknya. Ia sudah mulai membuat banyak tulisan ketika masih berada di Belanda, dan mulai memperbanyak tulisannya ketika kembali ke Inggris.
Buku pertama yang mengangkat namanya adalah 'An Essay Concering Human Understanding', yang diterbitkan pada 1690. Dalam buku itu, John Locke, mendiskusikan asal usul, watak, dan batasan-batasan dari pengetahuan manusia. Pada dasarnya, pandangan John Locke bersifat empiris, tetapi sebagian juga terpengaruh oleh pemikiran karya-karya Francis Bacon dan Rene Descrates yang dibacanya.
Esai karangan John Locke yang berjudul 'Concerning Human Understanding'
Dalam bukunya 'A Letter Concerning Toleration', yang diterbitkan pada 1689, John Locke menegaskan bahwa negara tidak boleh ikut campur dalam urusan agama seseorang. Pandangan toleransi John Locke atas semua sekter Protestan membuat tumbuhnya dukungan public atas kebijakan kebebasan beragama itu.
ADVERTISEMENT
Di samping itu, John Locke juga memperluas pandangan toleransinya pada agama-agama di luar Protestan, agar seluruh hak sebagai warga negara dapat ditegakkan dengan adil.
Karya John Locke yang menggambarkan pandangannya mengenai sebuah sistem kenegaraan ada pada bukunya yang berjudul 'Two Treatises of Government', diterbitkan pada 1689. Dalam bukunya itu dia menyajikan ide-ide dasar dari demokrasi konstitusional liberal yang seharusnya dianut oleh semua negara di dunia.
Buku John Locke yang berjudul 'Two Treatise of Government'. | The Haunted Bookshop
Pengaruh bukunya itu di beberapa negara Eropa cukup besar, bahkan dapat mengubah pandangan politik mereka yang membacanya.
John Locke sangat percaya bahwa setiap manusia lahir dengan sebuah anugerah hak asasi yang mencakup hak hidup, hak kebebasan pribadi, dan hak kepemilikan pribadi. Di dalam bukunya, ia berpendapat mengenai tujuan utama sebuah pemerintahan seharusnya melindungi warga negara dan hak milik warga negara atas segala hal yang menyangkut hidupnya.
ADVERTISEMENT
***
Referensi: