Konten dari Pengguna

Kaisar Terakhir Ethiopia dan Ambisi Memimpin Seluruh Afrika

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
21 November 2018 11:41 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kaisar terakhir Ethiopia, Haile Selassie, berperan penting dalam proses modernisasi di negaranya. Ia pun berusaha menjadikan Ethiopia sebagai pemimpin di Afrika pasca-Perang Dunia II, di mana seluruh negara di benua itu sedang dilanda kekacauan, terutama wilayah-wilayah jajahan Eropa.
ADVERTISEMENT
Haile Selassie dilahirkan dengan nama Tafari Makonnen, di dekat Harer. Ia merupakan cucu keponakan dari Kaisar Menelik II, penguasa Ethiopia saat itu. Pada 1911, Pangeran Makonnen menikah dengan Wayzaro Menen, cucu perempuan Kaisar Menelik. Pernikahan itu membuat Makonnen menjadi bagian dari keluarga utama kerajaan, sehingga ia berpeluang menduduki takhta.
Kaisar Menelik II melihat kemampuan intelektual Makonnen yang cukup baik, sehingga ia dipromosikan ke jabatan penting dalam pemerintahan. Ketika sang kaisar wafat, putrinya dinobatkan menjadi ratu, dan Makonnen diangkat menjadi wali pengawas, sekaligus pewaris takhta kerajaan itu.
Selama tahun 1920-an, Makonnen secara praktis mengendalikan pemerintahan di kerajaan. Ia mulai mencari dukungan rakyat untuk mempermudah jalannya mencapai puncak kekuasaan. Makonnen mendirikan banyak sekolah di provinsi-provinsi Ethiopia, memperbesar kekuatan aparat keamanan, dan menghapuskan sistem pajak yang memberatkan rakyatnya.
ADVERTISEMENT
Dalam suatu usaha membangun negaranya menjadi sebuah daerah yang modern, Makonnen berhasil membawa Ethiopia memasuki Liga Bangsa-Bangsa pada 1923. Kemudian, ketika sang ratu wafat pada 1930, Makonnen dinobatkan sebagai raja, memakai nama Haile Selassie I.
Pada 1931, Selassie memberikan kepada rakyatnya suatu konstitusi dan bentuk kebijakan yang baru dalam pemerintahannya. Meskipun terbatas, tetapi konstitusi itu telah memperlihatkan adanya sebuah parlemen dan sistem peradilan.
Ketika Italia menyerbu Ethiopia pada 1935, Selassie melakukan perlawanan untuk mempertahankan pemerintahannya. Secara terus-menerus, ia meminta bantuan perlindungan kepada Liga Bangsa-Bangsa, tetapi hal itu sia-sia. Selassie pun akhirnya kehilangan kekuasaan, dan memilih untuk mengasingkan diri ke Inggris. Namun, dengan bantuan pihak Inggris, ia menerima kembali kekuasaannya, dan kembali ke Ethiopia pada 1942.
ADVERTISEMENT
Setelah dikukuhkan kembali sebagai kaisar, Selassie menerima bantuan yang besar dari pemerintah Inggris, Amerika Serikat, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa, untuk membangun negaranya. Selassie lalu membuat sebuah program pembaruan berskala besar untuk bidang ekonomi dan pendidikan di negaranya, sebagai bagian dari usaha modernisasi Ethiopia.
Foto: Wikimedia Commons
Salah satu prestasi yang diraih Selassie dalam usahanya tersebut adalah pembebasan besar-besaran para budak di seluruh wilayah Ethiopia dan sekitarnya. Selain itu juga, kebijakan-kebijakan yang dibuatnya memungkinkan untuk rakyat dapat bersuara dengan bebas, dan memiliki hak untuk memilih.
Pada 1950-an, Selassie menjadi pusat dari sebuah ritus keagamaan, bernama Rastafarian, yang mengganggap dirinya sebagai makhluk Ilahi yang akan menuntut penduduk kulit hitam di dunia kembali ke taman firdaus yang ada di bumi Afrika.
ADVERTISEMENT
Pada 1963, Selassie ikut ambil bagian dalam pendirian Organization of African Unity (OAU), yang bermarkas di Addis Ababa. Tujuan pendirian OAU adalah untuk persatuan dan solidaritas negara-negara Afrika, serta menghapuskan segala macam bentuk kolonialisme di benua itu.
Saat Selassie sedang berfokus untuk membangun negaranya di mata dunia, pada 1974, kelaparan, pengangguran, dan kehancuran politik, melanda negaranya. Keadaan itu mulai memperburuk posisinya, hingga akhirnya pemerintahan Selassie pun diturunkan paksa oleh pihak militer.
Pihak militer membentuk pemerintahan sementara yang mendukung ideologi Marxis. Sistem monarki dihapuskan dari Ethiopia, dan Selassie pun dijadikan sebagai tahanan rumah di istananya selama sisa hidupnya.
Selassie meninggal dunia pada 1975 tanpa sebab yang jelas. Bukti-bukti mengenai kematiannya baru muncul di kemudian hari, yang menyatakan bahwa kaisar terakhir Ethiopia itu dibunuh atas perintah penguasa militer yang baru.
ADVERTISEMENT
Sumber: Paparchontis, Kathleen. 2005. 100 Pemimpin Dunia yang Berpengaruh di Dalam Sejarah Dunia. Tangerang: Karisma