Konten dari Pengguna

Kamp-kamp Konsentrasi Jepang di Jakarta

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
2 Oktober 2017 13:43 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mereka orang-orang Eropa khususnya Belanda, ditahan dan dikumpulkan di kamp konsentrasi Jepang
ADVERTISEMENT
Kedatangan Jepang pada 1942 dan kekalahan Belanda menyisakan orang-orang Belanda yang masih tinggal di Indonesia, kerana pada saat itu perlu waktu yang relatif lama untuk mengadakan perjalanan kembali ke Belanda menggunakan kapal laut.
Pasukan Jepang kemudian membuat kamp-kamp tawanan untuk orang-orang Belanda yang masih tersisa tersebut. Rakyat Indonesia yang biasanya harus hormat kepada orang-orang kulit putih itu, melihat secara langsung bagaimana mereka dibawa dan dimasukan kedalam kamp-kamp tanpa adanya perlakuan khusus apapun.
Kamp interniran atau interneringskamp ini dibedakan antara kamp laki-laki dan perempuan serta anak-anak. Beberapa kamp interniran di Jakarta kala itu adalah kamp Cideng, sisa-sisa beberapa barak kamp tersebut masih bisa dijumpai hingga sekarang, diantaranya kampung Makassar, Kramat Raden Saleh, penjara Salemba, penjara Bukit Duri, penjara Glodok, Petekoan dan Jatinegara. Tempat penampungan kuli-kuli kontrak di Sluiweg (kini Matraman) yang berisi tak kurang dari tiga ribu tawanan laki-laki Belanda dari berbagai tempat di Batavia. Jumlahnya makin membengkak ketika September 1944 ditempatkan pula para wanita dan anak-anak. Ketika September 1945, setelah Jepang tekuk lutut, tentara sekutu menemukan 1.900 tawanan Belanda dalam keadaan menyedihkan.
ADVERTISEMENT
Mereka yang masuk kamp umumnya orang-orang Belanda asli, sedang bagi mereka yang berdarah campuran (Indo) tidak dimasukan, mereka boleh tinggal di luar. Tetapi jika kebanyakan darah Belandanya juga tetap ditahan. Polisi Jepang akan memerikasa akte kelahiran orang-orang Belanda, dan para Indo.
Di Bukitduri yang kini menjadi kompleks pertokoan di Jatinegara, juga dijadikan tempat tawanan pria Belanda dan Eropa. Di Jl Jagamonyet (kini Jl Suryopranoto) bekas markas KNIL pun sempat dijadikan tempat tawanan perang KNIL asal Maluku. Sedangkan, di penjara Glodok (kini pertokoan Harco) jadi kamp tawanan pertama orang Eropa.
Tawanan perang yang dipenjara di kamp ini berjumlah 1.500 orang yang kebanyakan serdadu Inggris dan Australia. Rumah Sakit Jiwa di Grogol, Jakarta Barat, menjadi kamp tawanan 1.400 orang Belanda. Sementara di kamp pengungsi Koja, Tanjung Priok, mendekam 800 tahanan Inggris yang didatangkan dari Bandung. Demikian pula di Kampung Makassar dan puluhan tempat lainnya yang tersebar di Jakarta.
ADVERTISEMENT
Orang-orang Belanda dan Eropa lain yang biasanya hidup senang dilayani pribumi itu kemudian ditemukan dalam kondisi yang memprihatinkan di kamp-kamp tawanan, sebelum akhirnya di pulangkan ke negara asal, serta ada juga yang menetap di Indonesia.
Referensi : Lubis, Firman. 2008. Jakarta 1950-an: Kenangan Semasa Remaja. Depok: Masup Jakarta