Konten dari Pengguna

Keberadaan Uang Logam Cina dalam Tradisi Sesaji Bali

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
13 Desember 2020 19:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Uang kepeng. Sumber: Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Uang kepeng. Sumber: Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Sesaji merupakan bagi kehidupan tradisi Hindu Bali. Dalam kelengkapan sesaji Bali, umumnya kita temukan uang kepeng. Uniknya, uang kepeng sesaji di Bali berciri khas Cina dengan lubang di tengah atau di Bali dikenal dengan nama pis kopong/bolong.
ADVERTISEMENT
Uang kepeng Cina Bali terbuat dari logam yaitu bahan yang sama dengan yang digunakan untuk membuat gamelan. Ada juga yang dibuat dari bahan kuningan atau perunggu. Tulisannya bervariasi, ada yang berbentuk huruf China atau hanya berbentuk gambar saja.
Sejarahnya, uang kepeng dalam sesaji tersebut tak lepas dari pengaruh China atas Bali. Beberapa literatur menyebut bahwa hubungan orang Bali dengan pendatang internasional terjadi pada zaman klasik pertengahan yaitu sekitar 900-1250 Masehi.
Sumber: Wikimedia Commons
Sejarah mencatat bahwa Patih Gajah Mada diangkat jadi Maha Patih pada tahun 1334 M. Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa tahun 1343 M. Pada tahun itu pula, Gajah Mada dan pasukannya menaklukkan Bali sebagai daerah taklukan pertama. Artinya, perdagangan Bali dengan China berlangsung sebelum Majapahit menaklukkan Bali.
ADVERTISEMENT
Tulisan atau gambar yang ada menunjukkan kapan uang kepeng itu dicetak. Pis kopong tertua yang pernah ditemukan adalah hasil cetakan zaman Dinasti Tang (7-9 Masehi). Tapi rata-rata pis kopong yang ditemukan di Bali adalah peninggalan Dinasti Ming yang berkuasa tahun 1368 hingga 1643 Masehi dan Dinasti Qing tahun 1644 hingga 1911 Masehi.
Selain berfungsi sebagai kelengkapan sesaji, pada masa lalu uang kepeng Cina juga berfungsi sebagai alat tukar yang sah di Bali. Itu berlaku dari zaman Majapahit hingga masa kolonial Belanda. Penggunaan uang kepeng Cina berakhir sekitar tahun 1930 Masehi. Meski pemerintah kolonial Belanda berusaha melarang pis kopong, tapi mereka tak berdaya karena masyarakat Bali bersikeras memakainya sebagai alat pertukaran barang dan jasa di kalangan mereka.
Sumber: Wikimedia Commons
Uang kepeng dipakai sebagai pelengkap upacara agama Hindu hingga sekarang. Dalam perkembangannya, karena uang kepeng makin sulit didapat, maka dipakai dalam upacara-upacara penting di pura saja. Sedangkan uang pada sesaji sehari-hari sudah beralih pada uang rupiah atau uang kepeng yang dicetak di Bali dalam versi kekinian.
ADVERTISEMENT
Keterkaitan antara Cina dan Bali sangat erat mungkin karena secara historis dan budaya sama-sama serupa. Jika kita perhatikan kesamaan Hindu dan Kong Hu Cu adalah agama arwah yaitu mengagungkan dan menyembah leluhur. Keduanya sama-sama memakai air suci dan dupa, serta tata cara keduanya yang sangat mirip.
Akulturasi memang merupakan proses yang panjang. Dimulai dari kontak, interaksi, integrasi, barulah kemudian terjadi proses akulturasi dan asimilasi. Bali dan China sudah melampaui ini semua
Sumber artikel: indonesia.go.id