Konten dari Pengguna

Kehidupan Masyarakat Tionghoa di Kota Bandung Tahun 1930-1950

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
10 Februari 2018 12:40 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bandung Tempo Doeloe (Foto: en.wikipedia.org)
zoom-in-whitePerbesar
Bandung Tempo Doeloe (Foto: en.wikipedia.org)
ADVERTISEMENT
Kota Bandung menjadi salah satu kota di Indonesia yang ramai ditempati oleh penduduk asing dari luar Indonesia. Salah satunya adalah orang-orang dari Tiongkok yang sudah menjadi bagian dari masyarakat Kota Bandung sejak kota ini terbentuk, sekitar tahun 1810-an. Orang-orang Tionghoa sudah membentuk kelompok masyarakat besar di Kota Bandung, sehingga setiap perkembangan yang terjadi di Kota Bandung akan selalu melibatkan mereka.
ADVERTISEMENT
Di Kota Bandung, pemukiman masyarakat Tionghoa awal berupa deretan rumah-rumah yang saling berhadapan di sepanjang jalan pertokoan. Deretan rumah itu berada pada satu atap yang sama membentuk rumah-rumah petak sederhana.
Setiap rumah umumnya tidak memiliki pekarangan, sehingga sebagai gantinya di tengah rumah ada satu bagian yang tidak diberi atap berfungsi untuk menanam, mencuci, dan menjemur pakaian. Bagian depan rumah digunakan sebagai toko atau ruang tamu, sedangkan bagian dalam digunakan sebagai kamar, dapur, kamar mandi, dan altar meja abu.
Ciri khas dari rumah masyarakat Tionghoa tipe kuno adalah bentuk atapnya yang melancip pada setiap ujungnya dengan ukiran berbentuk naga. Untuk masyarakat Tionghoa kelas atas, tiang-tiang balok di rumah mereka akan diberi banyak ukiran.
ADVERTISEMENT
Sebelum abad ke-20, rumah mereka tidak diizinkan dibangun dengan gaya rumah Belanda. Hal itu bertujuan untuk membedakan kelas sosial antara orang-orang Eropa dengan masyarakat Asia. Setelah situasi politik di Hindia Belanda berubah, gaya rumah di Kota Bandung boleh dibangun dalam bentuk apapun.
Pada awal abad ke-20, makanan kecil yang diedarkan oleh masyarakat Tionghoa di Kota Bandung adalah kembang tahu. Selain itu jajanan lain yang cukup terkenal di semua kalangan masyarakat adalah bacang ketan buatan Nyonya Jauw.
Terdapat beberapa rumah makan yang terkenal pada 1930-an, yaitu Hoa Sang di jalan ABC, dan Sin Ah di dekat jalan Pasar Baru Suniaraja. Ketika itu restoran-restoran besar masih sangat langka, hanya terdapat restoran kecil yang tidak dapat menampung banyak orang sekaligus.
ADVERTISEMENT
Pembangunan jalur kereta api yang dilakukan oleh Pemerintah Hindia Belanda yang melewati Kota Bandung memberikan dampak positif bagi masyarakat Kota Bandung, termasuk bagi orang-orang Tionghoa. Stasiun Bandung menjadi tempat yang ramai karena di sana berkumpul masyarakat yang ingin melakukan perjalanan menggunakan kereta api.
Melihat hal tersebut, banyak masyarakat Tionghoa yang membangun restoran-restoran dan penginapan-penginapan sederhana di sekitar kawasan Stasiun Bandung. Terdapat pusat perbelanjaan di dekat stasiun Bandung yang menjadi daya tarik lain untuk masyarakat berkumpul.
Sumber: Skober, Tanti R. 2006. Orang Cina di Bandung 1930-1960: Siasat Etnis Cina di Bandung dalam Menghadapi Kebijakan Penguasa. Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.