Konten dari Pengguna

Kehidupan Sosial Masyarakat Mesir Kuno

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
9 Maret 2018 7:50 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Makam Kuno Mesir. (Foto: AP)
zoom-in-whitePerbesar
Makam Kuno Mesir. (Foto: AP)
ADVERTISEMENT
Kehidupan masyarakat Mesir Kuno dalam menjalankan segala kegiatannya terbatas pada tiga kelas sosial, yaitu golongan atas, golongan tengah, dan golongan bawah. Golongan lapisan atas terdiri dari keluarga kerajaan, para bangsawan, dan pendeta. Golongan lapisan tengah terdiri dari saudagar besar, pedagang, tuan tanah, dan pegawai pemerintahan. Golongan kelas bawah terdiri dari petani, buruh, masyarakat umum, dan budak. Masyarakat yang berada pada golongan kelas bawah dapat dikatakan tidak dapat menikmati sepenuhnya anugerah yang diberikan oleh Sungai Nil. Hampir seluruh harta kekayaan mereka habis digunakan untuk membayar pajak dan pungutan dari pemerintah, bahkan hak-hak mereka pun banyak yang tidak dapat dipenuhi.
ADVERTISEMENT
Awalnya wilayah Sungai Nil terbagi menjadi dua kerajaan besar yang saling betentangan. Namun pada 3400 SM sampai 3160 SM, seorang penguasa bernama Menes berhasil menyatukan kedua kerajaan tersebut menjadi satu kerajaan besar yang disebut Mesir. Kerajaan Mesir kemudian dipimpin silih berganti oleh raja-raja yang diberi gelar Firaun. Posisi raja pada pemerintahan Mesir Kuno berada di atas segalanya, dan setiap kebijakannya bersifat mutlak. Masyarakat Mesir Kuno percaya bahwa setiap Firaun yang memimpin mereka adalah dewa keturunan Osiris. Pusat pemerintahan Mesir Kuno berada di Kota Thinis, yang dilpilih karena letaknya yang sangat strategis.
Kondisi Sungai Nil yang sangat subur memungkinkan masyarakat untuk melakukan kegiatan bertani dan berladang tanpa takut kekurangan sumber air. Aliran Sungai Nil memberikan kemudahan untuk para petani mendapatkan pasokan air sepanjang tahun. Pembangunan berbagai saluran irigasi dan waduk penampung air juga turut mengoptimalkan hasil pertanian masyarakat Mesir Kuno. Persoalan pengaturan air untuk setiap wilayah biasanya dilakukan oleh penguasa tiap daerahnya sendiri secara mandiri. Sebagian besar hasil pertanian masyarakat Mesir Kuno terdiri dari komoditas gandum, jamawut, padi, dan jagung.
ADVERTISEMENT
Jalannya pemerintahan Mesir mengalami pasang surut setiap periodenya, yang semakin lama semakin mengarah kepada perpecahan antar wilayah. Sampai akhirnya muncul seorang penguasa Mesir pada 2160 SM bernama Raja Sesotrs III berhasil mempersatukan kembali wilayah Mesir. Bahkan diketahui bahwa ia berhasil memperluas wilayah kekuasaan Mesir hingga daerah Palestina dan Sudan. Namun, terjadi sebuah serangan yang dilakukan oleh bangsa Hykos ke wilayah Mesir, yang akhirnya berhasil menguasai sebagian besar wilayah Mesir. Setelah beratus-ratus tahun dikuasai oleh bangsa Hykos, barulah pada 1500 SM Raja Akmosis berhasil mengalahkan dominasi bangsa Hykos di kawasan Mesir. Tak hanya itu, Raja Akmosis dan raja-raja setelahnya dapat memperluas wilayah kekuasaan Mesir hingga wilayah Syria dan Mesopotamia.
Sumber : Alvarendra, H. Kenzou. 2017. Buku Babon Sejarah Dunia. Yogyakarta : Brilliant Book.
ADVERTISEMENT