Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.90.0
Konten dari Pengguna
Kekejaman Sennacherib di Balik Kejayaan Bangsa Assyria
10 April 2021 17:44 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Berkat dirinyalah, kerajaan Assyria menjadi salah satu kekuatan yang sangat ditakuti di daratan Tigris-Eufrat, baik oleh musuh-musuhnya, maupun rakyatnya sendiri. Adalah Sennacherib, Raja Assyria, yang menciptakan suasana mengerikan selama tahun-tahun masa kekuasaannya.
ADVERTISEMENT
Setelah menggantikan ayahnya, Sargon II, sebagai Raja Assyria pada 704 SM, Sennacherib dihadapkan dengan pemberontakan besar yang dilakukan oleh Babylonia dan Palestina. Kedua bangsa itu menginginkan kebebasan dari tangan Assyria yang telah lama menguasai wilayah tersebut.
Upaya yang dilakukan oleh Babylonia dan Palestina terbukti berhasil mengantarkan mereka pada kebebasan, karena baik Assyria maupun Sennacherib sedang fokus mempersiapkan pemerintahan yang baru, sehingga tidak dapat mempertahankan pemerintahan di kedua wilayah itu.
Tahun-tahun berikutnya, Sennacherib melakukan sejumlah usaha untuk menguasai kembali Babylonia dan Palestina. Namun hal itu tidaklah mudah, mengingat saat itu Palestina didukung oleh kekuatan dari Mesir.
Menurut sejarawan Yunani, Herodotus, saat akan melakukan penyerangan, setelah gagal meyakinkan Mesir agar meninggalkan Palestina, Assyria dihadapkan pada kemunculan wabah tikus yang membuat persenjataan mereka rusak, dan berbagai penyakit yang timbul.
ADVERTISEMENT
Pada 691 SM, ketika Babylonia dikuasai oleh seorang raja Chaldea, Sennacherib melakukan penyerangan besar ke wilayah tersebut. Hal itu terjadi setelah Assyria melihat peluang kemenangan mereka, karena raja Chaldea telah menghabiskan kekayaan Babylonia untuk memperoleh dukungan Elamite –salah satu suku bangsa di dekat Babylonia. Akibatnya Babylonia kekurangan persenjataan dan keperluan lainnya untuk mendukung peperangan.
Penyerangan yang dilakukan oleh Sennacherib berhasil mengalahkan gabungan tentara Chaldea dan Elmite di Halule. Kekuatan Assyria sangat besar hingga tidak terbendung oleh pasukan dua kekuatan tersebut.
Tetapi nasib kurang beruntung dirasakan Sennacherib, ia terluka parah dalam pertempuran tersebut, sehingga membutuhkan waktu kurang lebih dua tahun untuk dirinya bisa memulihkan keadaan pasukannya.
Pada 689 SM, Sennacherib kembali ke Babylon masih dengan misi yang sama, yaitu menguasai kota tersebut dan menghancurkannya. Penghancurkan pusat kebudayaan dunia itu begitu dahsyat, hingga meresahkan seluruh bangsa Dunia Kuno.
ADVERTISEMENT
Sennacherib lalu mengambil kekuasaan di Babylonia, dan menjadi raja bagi dua wilayah, yaitu Assyria dan Babylonia. Tawanan perang, yang merupakan rakyat Babylon, dijadikan sebagai pekerja paksa untuk membangun kembali kota Nineveh, yang menjadi tempat berdirinya istana milik Sennacherib.
Sennacherib memang dikenang sebagai raja yang sangat mengerikan, sekaligus mengesankan bagi Dunia Kuno, tetapi kematiannya sungguh tragis, di mana ia dibunuh oleh anak-anaknya sendiri pada 681 SM.
***
Referensi: