Konten dari Pengguna

Keluarga Agustus, Pencetak Kaisar-Kaisar Romawi

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
28 Juli 2018 19:37 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Lebih dari empat generasi keluarga Agustus memerintah Kekaisaran Romawi pada masa-masa awal pemerintahan itu berdiri.
ADVERTISEMENT
Keluarga Agustus merupakan keturunan dari Julius Caesar, pemimpin besar Romawi tahun 44 SM. Keluarga ini telah menghasilkan banyak kaisar Romawi, tercatat lebih dari empat generasi keluarga yang duduk di kursi kekuasaan Romawi.
Anggota keluarga pertama yang memerintah adalah Gaius Octavius (63 SM-14 M), yang kemudian dikenal sebagai Octavianus. Ia adalah cucu kemenakan Julius Caesar, yang diangkat sebagai pewaris sah takhta kekaisaran. Sepeninggal Caesar, Octavianus berseteru dengan Mark Antony dan Cleopatra untuk memperebutkan kursi kepemimpinan di Romawi. Perselisihan itu dimenangkan oleh kubu Octavianus, yang ditentukan melalui Pertempuran Actium tahun 31 SM.
Octavianus menjadi kaisar pertama kekaisaran Romawi dengan sistem pemerintahan yang telah baik. Tahun 27 SM, ia dianugerahi gelar Augustus, artinya “yang sangat dihormati”, oleh Senat Romawi. Augustus memerintah Romawi selama kurang lebih 41 tahun, di mana ia membangun dan memperbaiki banyak hal, seperti fasilitas di kota Roma, memperbarui pemerintahan provinsi-provinsi di bawah Romawi, dan memperlakukan rakyat dengan sangat baik. Setelah ia wafat, kekuasaan Romawi diberikan kepada anak tirinya, Tiberius, karena Augustus tidak memiliki pewaris laki-laki dari garis keturunannya.
ADVERTISEMENT
Tiberius (42 SM-37 M) memperlihatkan praktek kekejaman dalam caranya memerintah Romawi. Sebenarnya Tiberius adalah orang yang cakap dalam berpolitik, tetapi ia sangat dibenci oleh rakyat Romawi. Terutama karena kebijakan-kebijakan yang dibuatnya banyak merugikan rakyat. Tiberius lalu menunjuk putra kemenakannya, Gaius Caesar, dikenal juga dengan nama Caligula, sebagai pewaris tahta kerajaan dan pengganti dirinya.
Penduduk Roma sangat gembira atas kematian Tiberius, karena mereka merasa terbebas dari kekejemannya. Namun ternyata kegembiraan itu tidak berlangsung lama, rakyat kembali dihadapkan dengan penguasa yang cukup kejam dalam memerintah, bahkan kali ini pemimpin mereka memiliki kondisi jiwa yang tidak stabil. Caligula memang cukup gila saat memerintah, dan kondisinya semakin parah setelah menjadi kaisar Romawi. Caligula sama sekali tidak mempedulikan pemerintahan, ia hanya menghambur-hamburkan harta yang sebelumnya telah dikumpulkan oleh Tiberius dan para pendahulunya. Bahkan rakyat pun diterlantarkan, kebijakan-kebijakan yang dibuatnya tidak ada yang menguntungkan kehidupan rakyat. Hingga akhirnya Caligula dibunuh oleh salah seorang pengawal istana.
ADVERTISEMENT
Dalam situasi yang sedang kacau, beberapa pengawal menemukan Claudius (10 SM-54 M), paman Claigula, sedang bersembunyi mengindari konflik di istana. Mereka pun lalu menetapkan Claudius sebagai kaisar Romawi yang baru. Ia memerintah kekaisaran dengan cukup baik, dan setiap keputusan yang dibuatnya pun cukup bijak. Claudius bahkan berhasil memperluas wilayah kekuasaannya hingga mencapai Inggris. Namun kekuasaannya itu runtuh akibat kesalahan pirbadinya, salah memilih istri. Claudius menghukum mati istri pertamanya, Messalina, karena gila kekuasaan, namun istri keduanya, Agrippina, meracuni Claudius ketika ia mengetahui bahwa suaminya itu tidak menyukai Nero, anak laki-laki Agrippina hasil pekawinannya terdahulu.
Nero (37 M-68 M) adalah cicit dari Augustus, yang diangkat menjadi anak oleh Claudius pada 50 M. Setelah Claudius wafat, terjadi kekuacauan di dalam keluarga istana yang memperbutkan takhta kekuasaan. Agrippina berhasil mengamankan kursi kekaisaran dan menjadikan Nero sebagai kaisar Romawi saat ia berusia 16 tahun. Nero memerintah Romawi dengan cukup baik, karena dibantu oleh penasihat yang sangat cakap. Namun setelah 5 tahun berkuasa, Nero menunjukkan gelagat yang tidak wajar. Ia berubah menjadi penguasa yang kejam dan gila, sebagaimana yang diperlihatkan oleh pendahulunya. Nero membunuh ibu dan istrinya, bahkan ketika terjadi kebakaran di Roma pada 64 M, ia bersikap sangat aneh. Tahun 68 M, beberapa orang melakukan pemberontakan di provinsi Gaul untuk melawan Nero. Akhirnya Nero melarikan diri, dan diketahui ia melakukan bunuh diri. Ia menjadi penguasa terakhir dari garis keturunan keluarga Agustus.
ADVERTISEMENT
Sumber : Crompton, Samuel Willard. 2005. 100 Keluarga yang Bepengaruh di Dalam Sejarah Dunia. Tanggerang : Karisma
Foto : commons.wikimedia.org