Kematian Alexander the Great

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
13 Juni 2020 10:55 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mozaik Alexander teh Great. Dok: Wikimedia
zoom-in-whitePerbesar
Mozaik Alexander teh Great. Dok: Wikimedia
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Alexander the Great merupakan sosok militer Makedonia muda yang jenius. Ia lahir di Makedonia. Ayahnya adalah Raja Phillip II dan Ibunya adalah Ratu Olympias. Ia meninggal di Babel atau yang sekarang disebut Irak pada usia 33 tahun.
ADVERTISEMENT
Pendidikan yang ia tempuh merupakan pendidikan klasik dari filsuf terkenal, Aristoteles. Selain itu, ia juga menempuh pendidikan militer dari ayahnya. Alexander pernah memimpin pasukan pertamanya ke medan perang pada usia 16 tahun. Dua tahun kemudian, ia telah memerintahkan sebagian besar pasukan ayahnya yang memenangkan Pertempuran Chaeronea serta berhasil membawa Yunani ke bawah kekuasaan Makedonia. Pada tahun 336 SM Phillip II dibunuh. Hal tersebut menjadikan Alexander naik takhta.
Potret Alexander The Great terbuat dari Marmer, karya seni Helenistik, abad ke-2 SM. Dok: Wikimedia
Dua tahun setelah menjabat menjadi raja, ia memimpin pasukan besar ke Asia Kecil untuk melaksanakan rencana ayahnya untuk menaklukkan Persia. Meskipun secara konsisten telah kalah jumlah dalam pertempuran melawan pasukan Persia yang superior, Alexander telah menunjukkan pemahaman yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pemahaman tersebut meliputi perencanaan tentang militer strategis dan manuver yang taktis. Ia tidak pernah kehilangan satu pun pertempuran. Hal tersebut membuat semua Persia dan Asia Kecil berada di Bawah kekuasaannya pada 330 SM.
ADVERTISEMENT
Alexander meluncurkan kampanye timur setelah kembali dari Persia meskipun ia mengendalikan kekaisaran terbesar dalam sejarah dunia. Pada tahun 327 SM, ia telah menaklukkan Afghanistan, Asia Tengah, serta India utara. Pada tahun selanjutnya, pasukannya kelelahan setalah melakukan pertempuran selama delapan tahun, sehingga mereka menolak untuk pergi lebih jauh. Akhirnya, Alexander memimpin mereka untuk melakukan perjalanan sulit dalam perjalanan pulang melalui Gurun Makran yang tidak mudah.
Ilustrasi Para Sahabat Alexnder the Great. Dok: Wikimedia
Sesampainya Alexander dan pasukan di Babel, ia mulai membangun armada besar untuk membawa pasukannya kembali ke Mesir. Akan tetapi, pada Juni 323 SM tepat ketika pekerjaan di kapalnya mencapai akhir, Alexander jatuh sakit dan meninggal dunia. Hal tersebut mungkin membuat sebagian orang seperti rakyatnya menganggap dan meyakini dirinya sebagai sosok ‘dewa’. Oleh sebab itu, belum ada sosok pengganti dirinya dan justru dalam setahun setelah kematiannya, pasukan dan kekaisarannya pecah menjadi banyak faksi yang saling bertikai. Jenazahnya pun akhirnya dikembalikan ke Aleksandria. Mayatnya dibaringkan dalam peri mati emas.
ADVERTISEMENT
Monumen Alexander the Great di Thessaloniki, Macedonia, Greece. Dok: Wikimedia
sumber: History.com