Konten dari Pengguna

Kerusuhan Medan 1994 : Kisruh Buruh Berujung Rasial

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
1 Mei 2017 12:04 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada April 1994 terjadi demo buruh di Sumatera Utara yang berlangsung selama dua pekan. Demo ini berlangsung di Medan dan kota-kota sekitarnya yaitu Tanjungmorawa, Binjai, hingga Pematangsiangtar, mereka berdemo untuk menuntut kenaikan upah,
ADVERTISEMENT
Dalam kejadian tersebut sekitar 6.000 karyawan perusahaan turun ke jalan. Mereka berkumpul di lapangan Merdeka dan melakukan pawai menuju kantor Gubernur Sumatera Utara melalui melalui jalan Jl. Raden Saleh, Jl.Imam Bonjol, Jl. Zainul Arifin dan Jl. Diponegoro, sehingga menimbulkan macetnya lalu lintas dan mengganggu ketertiban umum.
Para buruh yang mengikuti aksi ini menuntut perusahaan-perusahaan untuk menaikan upah mereka dari Rp.3.100 menjadi Rp.7.000. Namun pada akhirnya demo ini menjadi lain karena berujung pada pengrusakan pabrik, mobil, dan toko milik warga Keturunan Cina yang menjadi sasaran amuk, itu terjadi di Kawasan Industri Medan (KIM), yang pemiliknya adalah warga Keturunan Cina.
Kejadian tersebut mengakibatkan satu pengusaha tewas, ia adalah Kwok Joe Lip alias Yuly Kristato, ia tewas dalam mobilnya, setelah di lempar batu dan dipukuli dengan benda keras dan dua lelaki Keturunan Cina yang lain mengalami luka-luka tetapi tidak diketahui namanya.
ADVERTISEMENT
Kronologi sebelum kejadian, dimulai dari beredarnya selebaran dan bisikan dari mulut ke mulut bahwa Menteri Tenaga Kerja Abdul Latief dan Gubernur Raja Inal Siregar pada hari itu akan berdialog dengan buruh, di lapangan Merdeka.
Dari lapangan itu mereka bergerak ke kantor Gubernur, para pengunjuk rasa ingin berdialog langsung dengan Gubernur, akhirnya 23 utusan buruh diterima untuk berdialog dengan pejabat Pemerintah Daerah (Pemda), Departemen Ketenagakerjaan (Depnaker), dan Badan Koordinasi Stabilitas Nasional Daerah (Bakorstanasda), tapi rupanya perundingan ini oleh kaum demonstan dianggap gagal sehingga buruh mulai rusuh, saat Amosi Talambanua sebagai ketua SBSI cabang Medan mencoba menenangkan, para buruh malah semakin tidak terkendali, ketika massa bubar dan pulang ketempat masing-masing, terjadilah perusakan terhadap sejumlah toko, kendaraan, dan juga warung milik warga Keturunan Cina.
ADVERTISEMENT
Aksi yang dilakukan untuk menuntut hak buruh ini pada akhirnya selain mengakibatkan kerugian materil dan trauma bagi warga Keturunan Cina, lebih dari itu juga juga mempengaruhi hubungan Indonesia dengan RRC, Tanggapan ini datang dari Jubir Kemlu RRC, Wu Jianmin yang mengimbau Pemerintah Indonesia untuk meredam kerusuhan rasial di Medan, demi menjamin keselamatan para warga keturunan Cina agar tetap mampu berdampingan.
Wakil Ketua Kongres Rakyat Nasional (DPR) RRC, Wang Guangying ketika berkunjung ke Jakarta beberapa hari setelah kerusuhan menyampaikan permintaan Kementrian Luar Negeri (Kemlu) RRC agar Indonesia meredam demonstrasi dan kekerasan anti Cina di Medan, bukan merupakan bentuk intervensi RRC terhadap urusan dalam negeri Indonesia, permintaan itu justru menunjukan perhatian RRC karena adanya hubungan diplomatik (Pikiran Rakyat, April 1994)
foto : Tempo
ADVERTISEMENT