Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Kesultanan Tayan, Pemerintahan Islam di Kalimantan Barat
13 Juni 2018 19:01 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kesultanan Tayan adalah salah satu kerajaan bercorak Islam di Indonesia, yang berpusat di wilayah Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Pendiri pemerintahan di Tayan adalah Gusti Lekar, yang oleh sebagain kalangan diyakini sebagai keturunan dari Raja Majapahit. Gusti Lekar berasal dari kerajaan Matan, pecahan dari kerajaan Tanjungpura, yang pernah berkuasa di wilayah Kalimantan Barat. Kerajaan Matan adalah wilayah taklukan kerajaan Majapahit masa pemerintahan Hayam Wuruk.
ADVERTISEMENT
Gusti Lekar adalah anak kedua dari Raja Matan, yaitu Panembahan Dikiri. Gusti Lekar bukanlah putra mahkota kerajaan Matan sehingga ia tidak dapat berkuasa di wilayah tersebut. Kepemimpinan di kerajaan Matan kelak akan diberikan kepada putra pertamanya, yakni Duli Maulana, bergelar Sultan Muhammad Syarifuddin.
Kedatangan Gusti Lekar ke wilayah Tayan, bermula dari perintah yang diberikan oleh Raja Matan agar ia mengamankan upeti dari rakyat Tayan untuk diberikan kepada pemerintahan Matan. Pengiriman upeti daerah Tayan kerap mengalami keterlambatan, sehingga raja mengutus Gusti Lekar untuk menyelidikinya. Atas bantuan dari orang-orang Suku Dayak yang mendiami wilayah Tayan, Gusti Lekar berhasil mengamankan upeti untuk kerajaan Matan.
Gusti Lekar memilih untuk meninggalkan kerajaan Matan karena ia sering menemukan perselisihan di internal kerajaan itu. Bersama dengan beberapa kerabat dan para pengikutnya, Gusti Lekar pergi menuju wilayah Tayan. Di sana ia membentuk komunitas masyarakat, tetapi belum berbentuk pemerintahan. Setelah Gusti Lekar wafat, kepemimpinan komunitas di Tayan dilanjutkan oleh putranya, dan begitu seterusnya hingga komunitas di Tayan itu berubah menjadi kerajaan.
ADVERTISEMENT
Wilayah Tayan resmi membentuk sebuah kerajaan ketika berada di bawah kepemimpinan Gusti Kamaruddin, atau Pangeran Suma Yuda. Ia dinobatkan sebagai raja pertama Tayan pada 1780. Meskipun sudah berbentuk kerajaan, tetapi penguasa Tayan tidak memakai gelar raja atau sultan, melainkan pangeran atau panembahan. Hal itu dilakukan untuk menghormati kerajaan Matan, Tanjungpura, dan Majapahit, sebagai penguasa di wilayah Kalimantan Barat.
Kesultanan Tayan pernah terlibat perselisihan dengan beberapa kerajaan di Kalimantan, seperti kerajaan Landak, kerajaan Pontianak, dan kerajaan Sanggau. Mereka pun sempat berselisih dengan orang-orang Tionghoa yang datang dari wilayah Bengkayang. Bahkan wilayah Tayan diklaim menjadi milik pemerintah Hindia Belanda sejak tahun 1858. Hubungan antara Tayan dengan Belanda sudah terjadi sejak masa pemerintahan Panembahan Nata Kusuma (1809-1825). Setelah Indonesia merdeka, kesultanan Tayan masuk dalam pemerintahan Indonesia pada masa Gusti Ismail atau Panembahan Pakunegara.
ADVERTISEMENT
Sumber : Gustama, Faisal Ardi. 2017. Buku Babon Kerajaan-Kerajaan di Nusantara. Yogyakarta : Brilliant Book
Foto : flickriver