Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Ketika Dewa Dijadikan Alat Politik oleh Bangsa Mesir Kuno
28 Januari 2021 17:28 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bangsa Mesir Kuno memiliki kepercayaan kuat terhadap hadirnya dewa-dewa di sekitar mereka yang membantu kelancaran kehidupan mereka. Dewa-dewa bangsa Mesir Kuno digambarkan sebagai kekuatan-kekuatan alam, seperti matahari, air, bumi, api, dan angin. Pemujaan terhadap dewa-dewa dilakukan di kuil-kuil yang dibangun oleh bangsa Mesir, khusus sebagai rumah bagi dewa-dewa tersebut tinggal.
ADVERTISEMENT
Mereka percaya bahwa dewa akan berada di dekat mereka jika dibuatkan tempat suci yang posisinya tidak jauh dari tempat mereka tinggal. Salah satu dewa utama bangsa Mesir Kuno, yaitu Dewa Matahari Ra, memiliki sebuah kuil khusus yang berada di Heliopolis, di sebelah timur sungai Nil.
Terdapat sebuah kisah dari dewa-dewa bangsa Mesir Kuno yang berhasil menjadi alat pemersatu bangsa Mesir, yang dahulu terbagi menjadi Mesir Hulu (atas) dan Mesir Hilir (bawah).
Salah satu dewa, bernama Horus, yang merupakan anak burung elang Dewa Osiris, diambil oleh para penguasa kota kembar Nekhen dan Nekheb. Para penguasa ini berasal dari bangsa Mesir Tinggi yang berada di selatan sungai Nil.
Penguasa dari Mesir Tinggi ini adalah para pemersatu politik di Mesir pada permulaan peradaban Firaun circa sekitar tahun 3100 SM. Mereka menaklukan seluruh wilayah sungai Nil yang didiami oleh bangsa Mesir bawah atas bantuan dari Horus.
ADVERTISEMENT
Awalnya kisah mengenai dewa-dewa ini digunakan oleh bangsa Mesir sebagai simbol untuk menggambarkan proses pertumbuhan tanaman. Namun berubah menjadi kisah untuk mempersatukan satu bangsa yang sedang bertikai. Horus dianggap sebagai dewa yang menyatukan bangsa Mesir. Seperti ketika Horus dikisahkan mengalahkan saudaranya, Set, yang telah membunuh Dewa Osiris.
Walaupun sebenarnya Dewa Osiris dapat dibangkitkan kembali oleh Isis, tapi perbuatan Set sudah tidak dapat dibiarkan, sehingga Horus pun membunuhnya. Kisah Horus dan Set tersebut kemudian diperingati sebagai sebuah peristiwa politik yang bersejarah.
Kisah kemenangan Horus atas Set disamakan dengan kemenangan Mesir Tinggi atas Mesir Bawah. Bahkan kuil Set pun berada di pojok timur sungai Nil, jauh dari pusat kota kembar Nekhen dan Nekheb, yang menandakan Horus dan Set memiliki sifat yang bertentangan. Perkembangan kisah-kisah dewa Mesir tersebut mampu bertahan hingga ribuan tahun sebagai alat pemersatu bangsa.
ADVERTISEMENT
Terbukti dengan tidak adanya konflik yang kembali terjadi di antara bangsa Mesir yang sudah menjadi satu kesatuan. Hingga akhirnya Mesir disatukan oleh raja mereka Firaun yang menganggap dirinya sebagai dewa berwujud manusia.
***
Referensi: