Ketika Wiski Sempat Menjadi Obat saat Pandemi 1918

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
27 Februari 2021 15:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Wiski sebagai obat pada tahun tahun 1918 hingga 1920-an. | Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Wiski sebagai obat pada tahun tahun 1918 hingga 1920-an. | Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Pandemi influenza yang terjadi pada tahun 1918 di Amerika Serikat membuat larangan terhadap minuman beralkohol wiski “dilonggarkan”. Hal tersebut didorong oleh anggapan bahwa wiski bisa menjadi obat untuk menangani influenza.
ADVERTISEMENT
Dokter yang bertugas di militer Angkatan Darat sempat menggunakan wiski sebagai obat untuk mengatasi flu berat. Para tentara bungkam mengenai cerita tersebut, kubu yang melarang penggunakan alkohol sebagai obat juga menyatakan bahwa cerita itu hanya dibesar-besarkan. Beberapa menyebut cara itu sebagai propaganda Jerman yang disebut sebagai Diabolical Hun Plot, yang bertujuan untuk menempatkan tentara Amerika berisiko terkena alkohol yang mematikan.
Namun, tak lama setelah kejadian tersebut, para pejabat kedapatan membagikan wiski di rumah sakit sipil. Rumah sakit di Omaha, Nebraska menerima sebanyak 500 galon secara resmi atas izin kepala polisi daerah. Sementara, Internal Service Revenue atau lembaga pemerintah federal yang bertanggungjawab atas pajak dan pendapatan negara juga memerintahkan untuk pendistribusian wdi rumah sakit setempat.
Wiski sebagai obat pada tahun tahun 1918 hingga 1920-an. | Wikimedia Commons
Kota yang mengizinkan minuman beralkohol seperti wiski, terkadang langsung memberi minuman beralkohol tersebut pada siapa pun yang memiliki resep dokter. Di Burlington, Vermont, misalnya, departemen kepolisian setempat mengisi resep secara gratis berkat dana darurat kota. Di Nashville, otoritas lokal membagikan 10.000 wiski dengan ukuran setengah pint kepada penduduk dengan resep.
ADVERTISEMENT
Sedangkan, pada negara bagian di mana minuman beralkohol dilarang, dokter juga masih sering kali dapat menulis resep untuk wiski sebagai obat dan apoteker dapat memberikannya dengan batasan tertentu. Di Colorado, dokter harus mendapatkan formulir resep dari negara bagian, dan resepnya dibatasi hingga empat ons. Di Michigan, dokter dapat meresepkan hingga delapan ons, tetapi harus menunjukkan berapa banyak resep yang telah diterima pasien pada tahun sebelumnya. apoteker kemudian harus meneruskannya ke jaksa wilayah. Di Indiana, dokter hanya bisa meresepkan alkohol biji-bijian murni.
Salah satu pemimpin perusahaan di Baltimore juga ikut membagikan wiski pada pekerjanya. Hal tersebut ia lakukan karena merasa prihatin akibat kerugian yang ditimbulkan oleh pandemi influenza. Ia melaporkan bahwa tidak ada satu pun dari 200 karyawannya yang jatuh sakit.
ADVERTISEMENT
Sejak tahun 1916, lembaga resmi yang menerbitkan standar resep dan obat-obatan United States Pharmacopeia telah menghilangkan minuman beralkohol seperti wiski, brandy, dan wine dari daftarnya. American Medical Association (AMA) juga menegaskan, penggunaan alkohol sebagai obat tidaklah tepat.
Namun, banyak dokter terus merekomendasikan dan meresepkan wiski untuk pandemi influenza dan berbagai penyakit lainnya. Pada 1922, AMA mulai mensurvei dokter tentang masalah ini, sebanyak 51 persen mengatakan bahwa mereka menganggap wiski sebagai agen yang dibutuhkan. Beberapa dokter percaya alkohol membantu menstimulasi jantung dan sistem pernapasan pasien yang melemah karena penyakit, sementara yang lain berpendapat bahwa efek sedatifnya membuat pasien yang menderita lebih nyaman.
Wiski sebagai obat pada tahun tahun 1918 hingga 1920-an. | Wikimedia Commons
Para pembuat obat paten yang dijual bebas, yang belum sepenuhnya diatur oleh Food and Drug Administration, juga melihat peluang menghasilkan uang. Misalnya, Tanlac, obat yang dianggap ampuh hingga sempat dinobatkan sebagai master medicine, mengandung 17% alkohol didalamnya. Dan Peruna, salah satu obat yang dianggap paling paten, mengandung 28% alkohol didalamnya.
ADVERTISEMENT
***
Referensi: