Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Khawarij, Aliran Keagamaan pada Masa Dinasti Umayyah
23 Mei 2018 20:16 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Orang-orang Khawarij terkenal memiliki kepribadian yang kaku, keras kepala, dan hanya menginginkan manusia berada dalam dua golongan, yaitu kafir dan mukmin. Mereka yang memiliki pandangan sama dengan orang-orang Khawarij, maka akan dianggap sebagai orang mukmin, sedangkan mereka yang bertolak belakang dengan pandangan kaum Khawarij akan dianggap sebagai orang yang kafir.
ADVERTISEMENT
Kaum Khawarij pernah melakukan pemberontakan di Harura dan melakukan berbagai kerusakan. Hal itu dilakukan setelah mereka mendesak Ali untuk menghentikan Perang Shiffin. Namun mereka menolak hasil perundingan yang dilakukan oleh Ali dan Muawiyah. Bahkan orang-orang Khawarij menuduh Utsman, Ali, dan Muawiyah sebagai orang kafir yang pantas untuk dibinasakan. Sekte kaum Khawarij yang paling menonjol adalah Azariqah, Najdat, Ibadhiyah, Ajaridah, dan Saffariah.
Kaum Khawarij selalu memerangi siapa saja yang tidak masuk ke dalam jamaah kelompok mereka, dan mereka pun menghalalkan darah kaum muslimin jika tidak sesuai dengan keyakinan orang-orang Khawarij.
Kaum ini adalah sekumpulan manusia yang sering menimbulkan bencana di manapun mereka berada. Orang-orang Khawarij selalu menyebut sahabat-sahabat Nabi sebagai pendosa besar dan akan ditempatkan di neraka selamanya.
ADVERTISEMENT
Sebuah pemikiran yang sangat tidak beralasan dan meragukan. Karena bagaimana mungkin para sahabat yang selalu berada di sisi Nabi Muhammad SAW dan senantiasa membela agama Islam akan di masukkan ke dalam neraka
Orang-orang Khawarij sempat dibinasakan oleh Ali bin Abi Thalib dalam perang Nahrawand, namun sisa-sisa pasukannya masih banyak yang selamat dan meneruskan menyebarkan paham mereka. Bahkan tercatat, salah seorang kaum Khawarij berhasil membunuh Ali bin Abu Thalib.
Di samping berperan sebagai gerakan politik yang keras terhadap pemerintah, kaum Khawarij juga berperan sebagai aliran teologi Islam. Khawarij memadukan antara pemikiran teologi dan politik, serta membuat gagasan tentang kewajiban menggunakan hukum Allah SWT dengan adagium “La Hukma ila Lilah”. Namun dalam perkembangannya, kaum Khawarij terpecah-pecah menjadi kelompok-kelompok kecil yang berakibat pada munculnya perbedaan-perbedaan pendapat antara satu kelompok dengan kelompok lainnya.
ADVERTISEMENT
Pada masa pemerintahan Muawiyah, kaum Khawarij melakukan beberapa kali pemberontakan di Kufah dan Bashrah. Mereka kemudian dihancurkan oleh pasukan Bashrah yang dipimpin oleh gubernur Bashrah ketika itu, yaitu Ziyad Ibnu Abihi dan anaknya Abdullah bin Ziyad. Para pemimpin Bashrah itu terkenal sangat keras terhadap orang-orang Khawarij dan sangat ingin membinasakannya hingga tidak ada lagi yang tersisa.
Sumber: Supriyadi, Dedi. 2016. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia