Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
King Shaka, Pemimpin Kejam yang Berhasil Menguasai Sebagian Afrika
5 Agustus 2018 13:11 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Shaka adalah pemimpin di wilayah Zulu yang mendirikan Kekaisaran Zulu pertama di Afrika bagian selatan. Ia dikenal sebagai prajurit yang tangguh dalam konfederasi Mthethwa, salah satu daerah kesukuan kecil di Afrika Selatan, antara Pegunungan Drankensburg dan Lautan India.
ADVERTISEMENT
Shaka dididik langsung oleh kepala suku Mthethwa, Dingiswayo, untuk menjadi seorang prajurit dan pemimpin yang hebat. Namun pada 1816, Shaka mengklaim dirinya sebagai kepala wilayah kesukuan Zulu.
Setelah berkuasa, Shaka segera meningkatkan kekuatan tempur Zulu untuk menjadi mesin militer yang kuat agar siap menghadapi pertempuran besar. Ia memaksa anak-anak muda di seluruh wilayah kekuasaannya untuk masuk dalam pasukan militer Zulu. Shaka mempersenjatai mereka dengan tombak, dan mengajarkan suatu disiplin militer yang ketat. Caranya itu bahkan hampir tidak pernah dilakukan di kalangan suku-suku lain di sekitar wilayah Zulu.
Shaka sangat gemar menyerang wilayah kesukuan lain untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Setiap kali mereka menghancurkan sebuah desa, ia akan mengambil orang-orang yang tidak terluka dan anak laki-laki untuk menjadi prajurit militernya. Cara tersebut terbukti meningkatkan kekuatan tempur pasukan Zulu, bahkan pada puncak kejayaannya, pasukan Shaka mencapai lebih dari 40.000 orang dari yang tadinya hanya 1.500 orang.
ADVERTISEMENT
Pada 1820, Shaka telah memerintah hampir seluruh wilayah Afrika bagian tenggara dan daerah yang sekarang bernama Natal. Dia juga dikenal sebagai Mfecane, yang berarti “Sang Penghancur”. Julukan itu didapatnya setelah ia banyak menghancurkan dataran tinggi di bagian pedalaman wilayah Afrika pada 1820-an.
Dengan menyerbu klan-klan di pedalaman, Zulu berusaha memperluas wilayahnya ke seluruh bagian Afrika, yang bahkan mereka tidak mengetahui seberapa luas benua itu. Kurang lebih, kemunculan Shaka sebagai pemimpin Zulu telah membunuh dua juta rakyat.
Pada pertengahan tahun 1820-an, Shaka telah menciptakan sebuah kerajaan besar yang terdiri atas suku-suku besar dan membentuk konfederasi di antara Sungai Tugela dan Pongola. Shaka dikenal sebagai pemimpin yang sangat kejam, setiap perkataannya adalah hukum dan tidak ada bantahan untuk itu.
ADVERTISEMENT
Sebuah peristiwa mengerikan terjadi pada 1827, ketika ibunya meninggal dunia. Shaka berubah menjadi penderita psikotis yang parah, dan kekejamannya semakin menggila. Dalam kesedihannya, ia memerintahkan untuk membunuh 7.000 orang Zulu.
Ia pun memerintahkan rakyatnya untuk mati kelaparan sebagai penghormatan bagi ibunya. Selama lebih dari setahun tidak ada tanaman yang ditanam, dan susu pun tidak diperkenankan untuk dikonsumsi oleh siapapun.
Pada awal tahun 1828, Shaka mengirim tentaranya ke selatan dalam suatu penyerbuan. Ia memerintahkan pasukannya untuk membersihkan perbatasan Tanjung Koloni. Lalu, ia mengirim kembali pasukannya yang lain ke wilayah utara, menuju tempat yang lebih jauh. Tindakan-tindakannya itu semakin tidak masuk akal dan dirasa terlalu berat oleh tentaranya.
Akhirnya dua orang saudara tirinya membunuh Shaka pada bulan September 1828, setelah menaruh dendam yang sangat lama padanya. Keturunan Shaka lalu memerintah Zulu selama 50 tahun berikutnya hingga akhirnya pasukan Inggris memenangkan Perang Zulu tahun 1879 dan menciptakan 13 negara dari kerajaan Zulu tersebut.
ADVERTISEMENT
Sumber: Paparchontis, Kathleen. 2005. 100 Pemimpin Dunia yang Berpengaruh di Dalam Sejarah Dunia. Tanggerang : Karisma