Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Konten dari Pengguna
Kiprah Bung Tomo di Bangku Sekolah: Dari MULO hingga Universitas Indonesia
12 November 2020 20:51 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
![Bung Tomo. Sumber:Wikimedia Commons](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1605189021/ka168bnju5unkae1haqx.jpg)
ADVERTISEMENT
Sutomo atau yang dikenal dengan sapaan Bung Tomo dikenal sebagai pahlawan yang dikenal mampu menyalakan semangat para pejuang demi kemerdekaan Indonesia. Sosoknya lekat sebagai seorang patriot yang selalu berani melawan penjajah.
ADVERTISEMENT
Hidup Bung Tomo sebetulnya tidak melulu soal angkat senjata. Dalam hidupnya, ia juga banyak menghabiskan waktu di bangku sekolah. Jenjang pendidikan yang pernah dirasakannya bahkan sampai ke level universitas.
Kiprah Bung Tomo di bangku sekolah dimulai di sekolah menengah Belanda, MULO pada usia 12 tahun. Namun, sekolahnya di sana harus ditinggalkan karena efek dari depresi yang melanda dunia saat itu.
Setelah melakukan berbagai pekerjaan kecil-kecilan, Bung Tomo kembali bersekolah di Hogere Burgerschool atau HBS, yakni sekolah menengah bergengsi yang ada pada masa kolonial Belanda. Bung Tomo terbilang beruntung karena siswa sekolah tersebut kebanyakan adalah anak orang Eropa sementara jarang anak-anak pribumi yang bisa belajar di sana.
Di HBS, Bung Tomo menjalani pendidikan ala Belanda yang berstandar tinggi. Sehari-hari, Bung Tomo dan teman-temanya harus berkutat dengan aneka materi pelajaran yang padat dan berat.
Sayangnya, masa pendidikan Bung Tomo di HBS tidak berjalan lancar. Selain karena materi pelajaran yang sedemikian berat, ada pula faktor lain yakni ketidakpuasan yang dirasakannya atas perlakuan orang Belanda terhadap akses pendidikan yang menurutnya tidak adil.
ADVERTISEMENT
Kendati demikian, orang tua Bung Tomo tetap mendesaknya untuk lulus dari HBS. Ia pun berusaha menyelesaikan pendidikannya dengan cara korepondensi. Pada akhirnya ia lulus dari HBS, namun dengan status tidak resmi. Konsekuensinya, Bung Tomo tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.
Setelah Indonesia merdeka, barulah Bung Tomo bisa melanjutkan pendidikan. Kali ini, ia masuk ke Universitas Indonesia pada tahun 1959 dengan mengambil jurusan ekonomi. Kuliah Ekonomi sebetulnya bukan datang dari keinginan Bung Tomo sendiri, melainkan desakan keluarga.
Sebagai mahasiswa, semangat Bung Tomo dalam kegiatan perjuangan tetap membara. Ia sering bertemu dengan para pemuda dari berbagai daerah untuk membahas ide dan gagasan untuk Indonesia. Bung Tomo menjadi semacam aktivis mahasiswa pada masanya.
Kegiatan aktivisme itu kemudian mengulang apa yang pernah terjadi saat Bung Tomo masih sekolah di HBS. Kegiatan akademiknya tersendat karena jarang masuk kuliah. Bung Tomo memang tampak kurang betah duduk manis di bangku kuliah dan lebih suka tampil sebagai mahasiswa yang aktif dalam perjuangan. Ia juga kerap melontarkan kritik terhadap temannya yang hanya rajin ikut kuliah dan ke perpustakaan tanpa berpikir tentang nasib bangsa.
ADVERTISEMENT
Setelah tersendat dan beberapa kali terhenti, kuliah Bung Tomo sampai pada tahap pembuatan skripsi pada tahun 1968. Pada akhirnya ia pun dinyatakan lulus pada tahun 1969.
Sumber: Abdul Waid. 2019. Bung Tomo. Suka Buku: Jakarta, patikab.go.id