Konten dari Pengguna

Kisah Dewa Horus dan Nasionalisme Bangsa Mesir Kuno

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
13 Februari 2019 14:06 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Eksotika Mesir Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Eksotika Mesir Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Bangsa Mesir Kuno memiliki kepercayaan kuat terhadap keberadaan dewa-dewa di sekitar mereka yang membantu kelancaran kehidupan mereka. Dewa-dewa bangsa Mesir Kuno digambarkan sebagai kekuatan-kekuatan alam, seperti matahari, air, bumi, api, dan angin.
ADVERTISEMENT
Pemujaan terhadap dewa-dewa dilakukan di kuil-kuil yang dibangun di tengah kota, atau tempat terdekat dengan bangunan pemerintahan. Mereka percaya bahwa dewa akan berada di dekat mereka jika dibuatkan tempat suci yang posisinya tidak jauh dari tempat mereka tinggal dan beraktivitas.
Salah satu dewa utama bangsa Mesir Kuno yang dianggap sebagai “raja para dewa” adalah Dewa Matahari Ra. Tempat pemujaan Dewa Ra berada di Heliopolis, di sebelah timur sungai Nil, yang dibangun khusus oleh bangsa Mesir.
Terdapat sebuah kisah dari dewa-dewa bangsa Mesir Kuno yang berhasil menjadi alat pemersatu bangsa Mesir, yang dahulu terbagi menjadi golongan Mesir Tinggi dan Mesir Bawah.
Salah satu dewa, Horus, yang merupakan anak burung elang Dewa Osiris, bekerja sama dengan para penguasa kota Nekhen dan Nekheb. Para penguasa itu berasal dari kalangan Mesir Tinggi di selatan sungai Nil, yang diketahui sebagai pemersatu politik di Mesir pada permulaan peradaban Firaun Circa sekitar tahun 3100 SM. Mereka menaklukkan seluruh wilayah sungai Nil yang didiami oleh bangsa Mesir Bawah dengan bantuan Horus.
ADVERTISEMENT
Awalnya kisah mengenai keberadaan dewa-dewa digunakan oleh bangsa Mesir sebagai simbol untuk menggambarkan proses pertumbuhan tanaman. Namun berubah menjadi alat untuk mempersatukan satu bangsa yang sedang bertikai. Horus pun akhirnya dianggap sebagai dewa yang menyatukan bangsa Mesir.
Horus, dewa elang bangsa Mesir Kuno. Wikimedia Commons.
Keberadaan Dewa Horus semakin mempengaruhi perjalanan politik bangsa Mesir ketika ia dikisahkan mengalahkan saudaranya, Set, yang telah membunuh Dewa Osiris.
Walaupun sebenarnya Dewa Osiris dapat dibangkitkan kembali oleh Isis, tapi perbuatan Set sudah tidak dapat dibiarkan, sehingga Horus pun membunuhnya. Kisah Horus dan Set tersebut kemudian diperingati sebagai peristiwa politik yang bersejarah.
Kisah kemenangan Horus atas Set itu disamakan dengan kemenangan Mesir Tinggi atas Mesir Bawah, di mana bangsa Mesir akhirnya bersatu di bawah kekuasaan Dewa Horus.
ADVERTISEMENT
Berbagai kisah tentang dewa Mesir tersebut mampu bertahan hingga ribuan tahun sebagai alat pemersatu bangsa. Hal itu dibuktikan dengan tidak adanya konflik yang kembali terjadi di antara bangsa Mesir yang sudah menjadi satu kesatuan.
Masa pemujaan terhadap dewa terus dilakukan hingga berakhirnya zaman peradaban Mesir. Tetapi seiring berjalannya waktu dewa tidak lagi digunakan sebagai alat politik bangsa. Mereka hanya dijadikan simbol kepercayaan.
Bangsa Mesir disatukan oleh raja mereka, Firaun, yang menganggap dirinya sebagai dewa berwujud manusia.
Sumber: Toynbee, Arnold. 2014. Sejarah Umat Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.