Konten dari Pengguna

Kisah Keganasan Singa Pemangsa Manusia di Pelosok Afrika pada Abad ke-19

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
9 November 2020 11:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Singa di Tsavo. Sumber: Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Singa di Tsavo. Sumber: Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Pelosok Afrika adalah wilayah yang begitu keras di masa lampau. Salah satu buktinya adalah kisah tentang keberadaan hewan buas yang senantiasa mengancam nyawa manusia hingga kemudian memakan korban jiwa.
ADVERTISEMENT
Kisah itu bukan fiksi, melainkan benar-benar terjadi di Tsavo, Kenya. Di kawasan yang terletak di bagian selatan Kenya yang bedekatan dengan Sungai Tsavo dan berbatasan dengan Tanzania itu, Inggris pernah melakukan sebuah proyek pembangunan rel kereta api Mombasa-Nairobi pada akhir abad ke-19. Di sanalah ancaman hewan buas menjadi teror bagi para pekerja proyek.
Hewan yang dimaksud adalah singa-singa yang hidup di Tsavo. Pada tahun 1898, ada sepasang singa yang kerap menyerang para pekerja. Dalam waktu sepuluh bulan, tercatat korban tewas mencapai sedikitnya 28 orang dengan perkiraan total 35 orang.
Salah satu insiden penyerangan singa pada tahun 1898 misalnya terjadi saat dua ekor singa jantan menerobos masuk ke ke lokasi perkemahan pekerja. Di sana, singa tersebut menyeret pekerja asal India dari tenda tempat tinggal mereka dan memangsanya.
ADVERTISEMENT
Pekerja lain yang mengetahui kejadian tersebut pun langsung bereaksi, Mereka mencoba menakut-nakuti singa dengan membuat api unggun dan pagar berduri di sekitar lokasi perkemahan. Sayangnya, upaya itu tidak berhasil karena singa kemudian tetap bisa melewati kawat berduri dengan melompat atau merangkak. Pada akhirnya, ratusan pekerja melarikan dari dari Tsavo hingga proyek pembangunan rel kereta api menjadi tersendat.
Pejabat Inggris yang juga menjadi pemimpin proyek, Letkol John Henry Patterson, tidak tinggal diam. Dia menyiapkan langkah untuk membasmi singa-singa yang telah membuat proyeknya terganggu. Berbekal senapan sebagai senjata, Patterson memulai perburuan terhadap singa-singa di Tsavo.
Patterson beberapa kali bertemu dengan singa yang diburunya, namun berkali-kali pula tembakannya meleset. Upaya Patterson baru mulai membuahkan hasil pada 9 Desember 1898 saat dia mampu menembak singa pertama. Meski demikian, singa yang terkena tembakan Patterson justru lolos dan baru bisa dibunuh pada malam harinya.
Setelah matinya singa pertama, singa kedua menyusul terbunuh di tangan Patterson dua puluh hari berselang. Pertarungan kedua Patterson terbilang lebih sengit ketimbang sebelumnya di mana dia harus melepaskan tembakan sebanyak sembilan kali untuk membuat singa tewas.
ADVERTISEMENT
Singa-singa di Tsavo memang terbilang menyeramkan. Ukurannya sangat besar dengan panjang mencapai hampir 3 meter. Untuk membawa bangkainya saja, dibutuhkan tenaga delapan orang.
Kini, Tsavo yang menyimpan sejarah keganasan hewan buas terhadap manusia itu telah menjadi taman nasional. Dengan luas lebih dari 20 ribu kilometer persegi, taman nasional Tsavo dibuka sejak 1948 dan kini tercatat sebagai taman nasional terbesar di Kenya.
Sumber: amusingplanet.com.britannica.com