Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Kisah Pilu Hans Christian Andersen dan Dongeng Terbaik Sepanjang Masa
5 Maret 2019 16:16 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:02 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Dongeng-dongeng Hans Christian Andersen tercatat sebagai karya yang paling banyak diterjemahkan sepanjang sejarah. Cerita seperti The Little Mermaid, dan Thumbelina telah dikenal di seluruh dunia, baik oleh anak-anak maupun orang dewasa.
ADVERTISEMENT
Andersen mengenalkan gaya menulis yang tidak biasa, di mana ia menolak mengikuti struktur-struktur yang kaku, yang secara tidak langsung menghalangi kebebasan dalam mengeksplorasi karakter tokoh yang ia perkenalkan.
Hans Andersen dilahirkan di sebuah kawasan kumuh di Denmark pada 1805. Ia adalah putra seorang pembuat sepatu yang hidup dalam kemiskinan. Ketika berusia 14 tahun, Andersen pergi ke Copenhagen untuk menjadi aktor, penari, dan penyanyi.
Setelah ikut dalam beberapa kelompok panggung, Andersen akhirnya tampil dalam sebuah pertunjukan utama di Royal Theater. Namun setelah suaranya mulai berubah, tidak ada lagi yang menilainya sebagai aktor cilik, sehingga ia memutuskan berhenti sementara dari dunia hiburan.
Andersen kemudian menulis beberapa naskah drama untuk pertunjukan teater, tetapi semuanya ditolak. Pada masa terpuruk itu, Andersen bertemu dengan seorang sutradara yang melihat bakat dalam dirinya. Sang sutradara pun akhirnya menyekolahkan Andersen ke sebuah sekolah menengah agar ia dapat lebih banyak belajar cara menulis yang benar.
ADVERTISEMENT
Keputusan itu ternyata membawa Andersen pada kesempatan hidup yang jauh lebih baik di masa depan. Sejak tahun 1827, Andersen telah dikenal di seluruh Eropa berkat karya-karyanya, seperti puisi, naskah drama, novel, autobiografi, dan cerita pendek.
Di antara karya-karya yang pernah dibuatnya, 168 dongengnya lah yang paling berhasil mengangkat namanya dan mengokohkan dirinya sebagai salah satu sastrawan paling berpengaruh dalam sejarah.
Ratusan dongeng itu dibuat oleh Andersen antara tahun 1835 sampai 1872 (tiga tahun sebelum kematiannya). Yang menarik dari dongeng Andersen adalah ia menggunakan banyak istilah sehari-hari dari bahasa lisan untuk tulisannya itu. Tentu saja apa yang dilakukan oleh Andersen sangat tidak biasa pada zamannya, sehingga dapat dikatakan bahwa Andersen merupakan pelopor bagi gaya penulisan seperti itu.
ADVERTISEMENT
Dengan memadukan unsur dongeng yang imajinatif dan keadaan-keadaan umum dalam cerita rakyat di seluruh dunia, Andersen ingin memastikan kisah-kisahnya dapat mudah diterima ketika dibaca di mana pun.
Terlepas dari kesuksesan besarnya, ternyata Andersen yang sensitif masih memandang dirinya sebagai orang buangan yang gagal. Keadaan itu terselip di dalam beberapa dongeng ciptaannya, dan menurut para kritikus hal itu lah yang justru menguatkan setiap kisah yang dibuat Andersen. Seperti rasa dingin dan kesepian yang dirasakan oleh “Gadis Korek Api” pada saat malam Natal, mungkin pernah dialami sendiri oleh Andersen saat ia kecil.
Dongeng-dongeng populer Andersen, di antaranya “Gadis Korek Api”, “Ratu Salju”, “Baju Baru sang Kaisar”, “Sepatu Merah”, “The Nightiangle”, “Putri dan Kacang Polong”, “Thumbelina”, “The Tinderbox”, “Anak Itik yang Buruk Rupa”, dan “Little Mermaid”.
ADVERTISEMENT
Hingga kini, karya-karya Andersen masih terus diproduksi di seluruh dunia, baik dalam bentuk film, animasi, buku cerita, atau kisah drama.
Sumber: Krall, Sarah. 2008. 100 Tokoh Legendaris yang Berpengaruh di dalam Sejarah Dunia. Tanggerang: Karisma