Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Konsep Makan Suku Sasak: Nasi dan Lauk Pauk Jadi Kudapan Wajib
19 Desember 2018 21:44 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:52 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Suku sasak adalah suku yang mendiami Pulau Lombok. Sebagian besar masyarakat suku Sasak beragama Islam, dan sebagian kecil masih menganut Islam Watu Telu. Pada awal abad ke-17, Kerajaan Karangasem dari Bali berhasil menanamkan pengaruhnya di wilayah barat Pulau Lombok. Kemudian pada 1750 seluruh wilayah Pulau Lombok berhasil dikuasai kerajaan Hindu dari Bali.
ADVERTISEMENT
Dengan dikuasainya Lombok oleh Bali, maka orang-orang Bali berdatangan ke Lombok sekaligus membawa serta kebudayaan mereka, termasuk dalam kebudayaan makan.
Dalam pandangan masyarakat Suku Sasak, makan diartikan sebagai kegiatan mengkonsumsi makanan pokok berupa nasi. Suku Sasak akan mengatakan dirinya sudah makan apabila ia sudah memakan nasi dengan lauk pauknya. Namun, apabila ia hanya memakan ketupat, soto, jagung, ubi, atau makanan lainnya, maka masyarakat Sasak akan mengatakan bahwa dirinya belum makan. Hal itulah yang membedakan tradisi dan konsep makan suku Sasak suku lainya.
Makanan Suku Sasak berbeda-beda tergantung dari daerah tempat tinggalnya. Masyarakat Sasak yang tinggal di daerah pegunungan dan pesisir pantai biasanya makan dalam porsi yang lebih banyak. Secara umum makanan Suku Sasak terdiri dari nasi, ikan, sayur, dan biasanya porsi nasi lebih banyak dari lauk pauknya.
ADVERTISEMENT
Menurut orang Sasak, makanan adalah segala sesuatu yang dapat mengenyangkan dan menyenangkan hati. Dilihat dari pengertian itu, makanan orang Sasak dibedakan menjadi makanan sehari-hari atau makanan pokok, makanan upacara, makanan panganan.
Foto: commons.wikimedia.org
Dalam kebudayaan makan masyarakat Sasak juga masih dijumpai pantangan terhadap suatu makanan, dengan alasan kesehatan. Misalnya seorang ibu hamil tidak boleh makan nanas, atau durian karena bersifat panas dan berdampak pada bayi yang dikandungnya. Kemudian orang yang mengalami patah tulang tidak boleh makan daun paku karena bisa membuat ngilu.
Suku Sasak sangat menghargai makanan, karena mereka beranggapan bahwa makanan yang membuat mereka hidup dan tumbuh. Makanan akan menjadi darah dan daging mereka sehingga mereka akan sangat berhati-hati dalam mencari dan memperlakukan makanan.
ADVERTISEMENT
Anak-anak suku Sasak biasanya diberi makan di dapur dengan duduk bersila. Mereka makan dengan saling berhadap-hadapan atau juga duduk melingkar mengelilingi makanan, sedangkan ibu mereka duduk untuk melayani apabila makanan di mangkok anak-anak sudah mulai berkurang.
Sementara itu, untuk seorang laki-laki Sasak yang telah dewasa saat makan mereka selalu menghadapi nasinya dengan duduk bersila, kecuali apabila di tempat darurat seperti di sawah mereka biasanya makan sambil jongkok. Mereka menyendok nasi menggunakan tangan kanan yang sebelumnya telah dicuci. Bagi mereka, menyendok nasi dengan tangan kiri itu tabu.
Upacara adat yang dilakukan oleh suku Sasak, antara lain upacara kehamilan atau bisok tian (cuci perut), ngurisan (akikah), sunatan, perkawinan, kematian, maulid Nabi Muhammad SAW, Idul Fitri, Idul Adha, dan lebaran topat.
ADVERTISEMENT
Setiap upacara adat suku Sasak, jenis makan yang disajikan sangat beragam, mulai dari yang paling sederhana yaitu berupa nasi dan telur saja sampai dengan variasi lengkap. Hal itu sangat bergantung dari kemampuan ekonomi dan status sosial masyarakat yang menyelenggarakan upacara tersebut.
Sumber: Inventarisasi Perlindungan Karya Budaya Kuliner BPNB Bali, NTB, NTT Tahun 2014