Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Konten dari Pengguna
Konsep Makanan Masyarakat Batak Toba
16 Januari 2018 10:57 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
![com-Makanan Sehat (Foto: Thinkstock)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1515953004/mjyp3psbsp8eqcqyiimf.jpg)
ADVERTISEMENT
Konsep mengenai makanan masyarakat Batak Toba adalah segala hasil organik dengan kuantitas dan kualitas biokomia yang secara fisiologis berfungsi untuk mempertahankan hidup tubuh manusia dan memiliki makna budaya yang diakui dan dibenarkan secara tersendiri oleh anggota-anggota setiap kelompok masyarakat. Jenis-jenis makanan bagi orang Batak Toba selalu berkaitan dengan konsep mereka menganai makan, yang dalam bahasa Batak Toba disebut mangan.
ADVERTISEMENT
Pengertian makan sesuai dengan tradisi orang Batak Toba adalah makan nasi beserta lauk-pauknya pada waktu-waktu yang sudah ditentukan. Bagi kelompok masyarakat Batak Toba sistem kelakukan makan adalah sesuatu yang menjadi tradisi dari warga masyarakat Batak Toba. Mengenai waktu makan yang umum untuk orang Batak Toba adalah sebanyak dua kali dalam sehari. Menurut konsep kebudayaan orang Batak Toba, makan dibagi dalam dua golongan, yaitu makan siang dan makan sore atau malam. Sarapan pagi dan makan tambahan lainnya tidak tergolong dalam pengertian makan masyarakat Batak Toba.
Bagi masyarakat batak Toba makanan terbagi atas makanan sehari hari, makanan untuk peristiwa khusus, dan makanan tambahan. Pada masyarakat batak Toba dikenal jenis makanan yang digolongkan sesuai dengan kedudukan sosial dan ekonomi masyarakatnya. Penjelasan mengenai jenis makanan pada kedudukan sosialnya dilihat dari sistem lapisan sosial yang ada pada masyarakat suku batak.
ADVERTISEMENT
Pada masyarakat batak Toba pada dasarnya tidak dikenal sistem tingkatan sosial berdasarkan keturunan atau darah seperti pada suku suku lain. Masyarakat Toba tidak mengenal kaum bangsawan dan rakyat biasa. Kalaupun ada kedudukan sebuah keluarga yang lebih tinggi dari keluarga lainnya, hal itu adalah sesuai dengan ketentuan adat, bukan atas ketentuan darah atau keturunan seperti pada golongan bangsawan. Kedudukan sebuah keluarga secara ekonomis pada dasarnya tidak mengakibatkan penggolongan jenis jenis makanan bagi masyarakat batak Toba. Perbedaan hanya terlihat pada kuantitas, kualitas, ataupun gizi yang terkandung di dalam makanan, namun perbedaan secara adat atau nilai kultural tidak ada.
Ketika kita berbicara mengenai makanan dan bagaimana cara menyajikannya, tentu kita pun akan mengenal tempat dan alat alat yang digunakan untuk membuat masakan tersebut. Pada masyarakat Sumatera Utara ini kita akan mengenal tempat dan alat alat dapur yang masih menggunakan alat tradisional yang sederhana. Bagi kepecayaan masyarakat Batak, dapur dan rumah tempat tinggal merupakan satu kesatuan. Dengan demikian, membangun rumah tradisional, berarti membangun dapur tradisional.
ADVERTISEMENT
Bagi masyarakat yang masih menjunjung tinggi adat pembangunan rumah harus melalui beberapa tahapan, yaitu di antaranya adalah mufakat keluarga besar, memiliki modal yang cukup, terdapat ahli atau dukun yang bersedia untuk mendirikan dapur tersebut, musyawarah keluarga mengenai maksud dan tujuan pendirian dapur, pengambilan kayu yang dilakukan atas persetujuan keluarga besar, upacara pemilihan kayu yang dilakukan di hutan ketika memilih kayu, upacara memulai pembangunan dapur, upacara palolohan yang dilakukan setelah rangka bangunan tersusun, upacara memasuki rumah yang baru saja didirikan.
Sumber : Siahaan, E.K. 1993. Makanan : Wujud, Variasi, dan Fungsinya serta Cara Penyejiannya Daerah Sumatera Utara. Jakarta : Depdikbud.
Simanjuntak, Belam. 1993. Dapur dan Alat-Alat Memasak Tradisional Daerah Sumatera Utara. Jakarta: Depdikbud.
ADVERTISEMENT