Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Kota Kowloon, Surganya Para Pelanggar Hukum
11 Oktober 2018 11:17 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sekitar akhir abad ke-19, Inggris melakukan serangkaian cara untuk memaksa pemerintah China menyerahkan Semenanjung Kowloon selama 99 tahun. Inggris mencoba memanfaatkan wilayah itu untuk kepentingan perdagangan dan kekuatan mereka di Asia.
ADVERTISEMENT
Tetapi dalam perjanjiannya dengan China, Inggris setuju untuk menunda penguasaan kota sampai mereka mendirikan pemerintahan kolonial yang terorganisir dengan baik. Namun setelah tiba waktunya bagi Inggris untuk berkuasa, mereka mendapati kota Kowloon menjadi wilayah yang berantakan.
Inggris kemudian meminta pertanggungjawaban kepada China untuk membereskan kekacauan di Kowloon, terutama karena wilayah itu menjadi tempat yang tidak taat pada hukum kolonial yang telah diterapkan oleh Inggris.Saat Perang Dunia II pecah, Inggris meninggalkan dataran China, kota Kowloon pun dibiarkan begitu saja. Setelah perang berakhir, ribuan penduduk, yang entah dari mana asalnya, memasuki Kowloon.
Mereka membangun kembali kota yang hancur akibat perang itu, sehingga dapat ditinggali kembali. Namun pemerintah China tidak membiarkannya, mereka pun melakukan berbagai upaya untuk mengusir penduduk ilegal tersebut.
ADVERTISEMENT
Upaya pemerintah China itu malah berakhir pada kerusuhan yang menyebabkan berbagai insiden terjadi. Semakin lama, populasi penduduk di Kowloon tumbuh tanpa terkendali. Hingga tahun 1971, tercatat ada 10.000 orang yang menetap di kota Kowloon.
Foto: commons.wikimedia.org
Sejumlah toko obat dengan dokter tanpa lisensi resmi, membuka bisnis di Kowloon secara bebas. Mereka adalah para dokter yang tidak mampu membeli lisensi resmi dari pemerintah, sehingga lebih memilih untuk melanggar hukum demi menjalankan bisnisnya tersebut.
Kowloon Walled City, dikenal sebagai wilayah tanpa hukum yang banyak ditinggali oleh keturunan bajak laut dan kriminal kelas berat yang tidak diakui oleh masyarakat. Maka sangat tepat jika mengatakan bahwa Kowloon Walled City sebagai surganya para penjahat.
Kowloon terus berkembang, ke arah negatif tentunya, setelah Triad mulai mendirikan bisnisnya, dan hidup seperti raja-raja di sudut-sudut kota Kowloon. Berbagai jenis kejahatan dapat ditemukan setiap saat, mulai dari kejahatan ringan, hingga pembunuhan kejam.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya terkenal di kalangan penjahat, Kowloon juga menjadi tempat ideal bagi orang-orang kaya yang ingin menghabiskan hartanya. Mereka terdiri dari pengusaha, birokrat, dan masyarakat yang berasal dari Hong Kong untuk mencari kesenangan, narkoba, dan berjudi.
Para penjahat, imigran gelap, sampai orang-orang penting berkumpul di Kowloon dengan kepentingannya masing-masing, tanpa hukum yang mengaturnya.
Setelah dominasi Triad mulai menurun, Kowloon akhirnya mulai berkembang ke arah postif. Tingkat kejahatan sedikit berkurang, dan relatif rendah di seluruh kota, hanya menyisakan kejahatan-kejahatan kecil saja. Namun para dokter dan pengusaha ilegal tetap memilih untuk mendirikan usahanya di sana, dan menghasilkan banyak uang dibandingkan harus kembali ke Hong Kong.
Tahun 1933, sengketa panjang antara Inggris dan China berakhir, dengan kesepakatan yang diinisiasi oleh pemerintah Inggris dan otoritas China. Akibatnya, Kowloon mulai membangun hukumnya kembali, dan banyak penduduk yang memilih pergi meninggalkan kota tersebut.
ADVERTISEMENT
Banyak bangunan yang dihancurkan oleh pemerintah China agar para penduduk ilegal tidak kembali menempati kota itu. Kowloon Walled City pun perlahan-lahan mulai berakhir.
Sumber: Soebachman, Agustina. 2013. Misteri Kota yang Hilang. Yogyakarta : Syura Media Utama
Live Update
ASN Kemendiktisaintek membentangkan spanduk bertuliskan "Institusi Negara Bukan Perusahaan Pribadi Satryo dan Istri", Senin (20/1). Sejumlah karangan bunga bertuliskan kata-kata satir juga ditujukkan kepada Menteri Satryo Soemantri.
Updated 20 Januari 2025, 13:49 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini