Lagu Wilhelmus dan Nasionalisme yang Dipaksakan di Hindia Belanda

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
4 Oktober 2017 13:35 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pada 10 Mei 1932, lagu Wilhelmus diresmikan menjadi lagu kebangsaan Belanda. Lagu ini terdiri dari 15 bait yang sama-sama membuat sebuah akrostikhon: pada varian yang lama, huruf-huruf pertama dari ke 15 bait semuanya membentuk nama Willem van Nassov. Selama beberapa waktu sebelumnya Wien Neerlands Bloed pernah lebih populer dari Wilhelmus.
ADVERTISEMENT
Keputusan diresmikannya lagu kebangsaan Belanda tersebut tentunya tidak hanya berimplikasi untuk Belanda saja, tetapi lagu itu juga mengubah kedudukan lagu tersebut di Hindia Belanda maupun di Suriname dan Antiles Belanda.
Lagu Wilhelmus terus dibawa ke negara-negara koloni Belanda, termasuk Indonesia yang saat itu diberi nama Hindia Belanda. Lagu ini seolah menjadi lagu wajib dikumandangkan setiap kali ulang tahun Ratu Wilhelma di rayakan di Hindia Belanda, bahkan dulu di Hindia Belanda, dibuat terjemahan resmi dalam Bahasa Melayu agar masyarakat Hindia Belanda mengerti lagu Wilhelmus.
Belanda memperkenalkan segi-segi budaya seperti musik, termasuk juga dalam bidang militer dengan dukungan musik mars yang mengesankan dan perkasa dalam parade sampai masuk pada lingkungan sekolah, pun lagu Wilhelmus yang banyak dinyanyikan saat ada hari-hari besar dan upacara. Lagu ini diajarkan disekolah-sekolah sebagai bagian dari musik untuk anak-anak, dimana lagu-lagu Belanda sering diutamakan diatas lagu-lagu lokal.
ADVERTISEMENT
Lagu Wilhemus yang dijadikan sebagai lagu kebangsaan Belanda termasuk di negara-negara koloninya, secara tidak langsung merupakan sebuah penciptaan ‘nasionalisme’ yang dipaksakan pada pribumi Hindia-Belanda, selain itu juga bisa menjadi sumber gangguan emosional dan frustasi politik, bagi mereka yang menolak menjadi seorang nasionalis Belanda tapi berdarah pribumi.
Sumber : Persoon, A Gerard. 2014. Ratu Wilhelmina, Bunda Bangsa Mentawai: Lagu Kebangsaan Belanda di Indonesia dan Sebagai Bagian Budaya Musik Siberut. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia