Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
5 Kebudayaan yang Membentuk Peradaban Lembah Sungai Kuning Tiongkok
19 April 2018 16:41 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Negara Tiongkok dikenal sebagai negara yang memiliki latar belakang peradaban tinggi di Asia. Hasil dari peradaban Tiongkok itu adalah munculnya berbagai kebudayaan masyarakat yang diketahui sudah berkembang sejak zaman pra-sejarah.
ADVERTISEMENT
Hasil kebudayaan yang ditemukan di sekitar lembah sungai Kuning itu setara dengan kebudayaan yang berkembang di lembah sungai Nil. Salah satu kebudayaan utama yang dihasilkan oleh bangsa Tiongkok adalah teknik pembuatan keramik.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh para sejarawan, kebudayaan kuno di Tiongkok terbagi menjadi lima bagian besar, yang berbeda secara periodisasi dan pusat perkembangannya.
1. Kebudayaan Yangshao dan Longshan (6000 SM – 4000 SM)
Kebudayaan Yangshao berkembang mulai dari tahun 6000 SM sampai tahun 5000 SM di Provinsi Henan Barat dan Lembah Wei di Shanxi. Sementara kebudayaan Longshan berkembang setelahnya, tepatnya pada 5000 SM sampai 4000 SM.
Para arekolog berhasil menemukan rumah dengan 2 bentuk yang berbeda di Pusat Budaya Yangshao, yaitu persegi dan bulat. Kedua rumah itu memiliki bahan bangunan yang sama, penyangga rumah berasal dari batang kayu dan atapnya terbuat dari bahan jerami.
ADVERTISEMENT
Pada periode kebudayaan ini, motif keramik yang berkembang adalah bentuk-bentuk geometris dan gambar burung, serta ikan berwarna merah dan hitam. Menurut bukti sejarah yang ditemukan, masyarakat Yangshao membudidayakan tanaman sejenis gandum dan memelihara babi.
Berbeda dengan kebudayaan Yangshao, kebudayaan Longshan diketahui memiliki peradaban yang lebih maju. Tempat tinggal masyarakat Longshan dikelilingi oleh bongkahan tanah liat yang dibuat dengan cara dicetak.
Sebagian besar masyarakatnya pun sudah menggunakan tulang hewan untuk berburu. Mereka sudah mengembangbiakan hewan yang lebih banyak dibandingkan sebelumnya, di antaranya babi, domba, sapi, dan kuda. Banyak perhiasan dan batu-batu mulia yang mulai digunakan sebagai bagian dari proses upacara keagamaan.
2. Kebudayaan Dawenkou (5000 SM – 2500 SM)
Kebudayaan Dawenkou berkembang di sekitar wilayah Shandong, sekitar tahun 5000 SM sampai 2500 SM. Benda-benda hasil kebudayaan di tempat ini tidak sebanyak periode sebelumnya. Hasil kebudayaannya didominasi oleh bejana-bejana dalam berbagai bentuk dan perkakas penguburan jenazah.
ADVERTISEMENT
Masyarakat Dawenkou mengenal cara penguburan jenazah dengan menggunakan peti batu, atau kayu yang diberi bekal kubur berupa benda-benda yang dipakai semasa hidupnya. Kebudayaan itu serupa dengan kebiasaan masyarakat Mesir Kuno ketika menguburkan raja-raja mereka.
Tidak diketahui apakah ada kaitannya antara dua kebudayaan yang terpisah sangat jauh itu, namun yang pasti kebiasaan itu merupakan bagian dari kebudayaan peradaban kuno.
3. Kebudayaan Majiabang (4000 SM – 2685 SM)
Kebudayaan Majiabang berkembang sekitar tahun 4000 SM sampai 2685 SM di wilayah provinsi Shanghai, Jiangsu Selatan, dan Zhejiang Utara. Hasil kebudayaan pada periode ini didominasi oleh keramik-keramik berwarna merah, abu-abu, dan hitam.
Masyarakat membuat tembikar itu dengan menggunakan tanah liat yang dicampur dengan pasir, kemudian membakarnya dengan temperatur 760°C sampai 1000°C menggunakan alat-alat yang sangat sederhana. Corak keramik yang berkembang ketika itu adalah pola garis, pola tali, kurva, dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
4. Kebudayaan Liangzhu (3310 SM – 2250 SM)
Kebudayaan Liangzhu berkembang sekitar tahun 3310 SM sampai 2250 SM di bagian tenggara Tiongkok. Masyarakat Liangzhu banyak membuat benda-benda untuk keperluan ritual berbahan dasar batu giok.
Hal itu dapat dilihat dari banyaknya makam yang berhiaskan batu giok pada peti kuburnya. Jumlah batu giok pada setiap makam menunjukan status sosial orang yang meninggal itu.
Masyarakat Liangzhu dikenal membudidayakan tanaman padi dengan memanfaatkan perkakas-perkakas yang terbuat dari logam, dan juga mereka sudah menggunakan sawah model terasering dalam proses cocok tanam mereka.
5. Kebudayaan Majiayao (3190 SM – 1715 SM)
Kebudayaan Majiayao mulai berkembang pada 3190 SM sampai 1715 SM. Hasil kebudayaan didominasi oleh keramik berwarna merah, yang berbentuk mangkuk, piring, jambangan, bejana, dan lain sebagainya. Ragam hias yang terlihat pada keramik-keramik itu berupa pola geometris, gambar burung, katak, wajah manusia, pusaran, dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Sumber: Septianingrum, Anisa. 2017. Sejarah Peradaban Dunia Kuno Empat Benua. Bantul: Sociality
Foto: slideshare.net