Makna di Balik Kegiatan Keluarga saat Tahun Baru Imlek

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
5 Februari 2019 20:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di luar dataran China, perayaan tahun baru China dikenal dalam berbagai sebutan, mulai dari Tahun Baru Imlek, Festival Musim Semi, hingga sin tjia. Hari raya paling penting masyarakat Tionghoa ini dirayakan pada tanggal 1 sampai 15 pada bulan pertama penanggalan kalender China.Banyak bangsa yang bertetanggaan dengan China, seperi Taiwan, Korea, Mongolia, Vietnam, Nepal, Bhutan, dan Jepang, turut merayakan tahun baru tersebut, walau tidak semeriah di negara asalnya. Pada setiap perayaan Imlek, jika melihat kebudayaan aslinya, terdapat nilai-nilai kultural yang merupakan simbol kebudayaan etnis Tionghoa. Sebenrnya tanggal 30 bulan terakhir dalam penanggalan Yinlin, perayaan tahun baru telah dimulai. Biasanya seluruh anggota keluarga berkumpul, mengadakan jamuan makan bersama sebagai bentuk perpisahan dengan tahun lalu dan menyambut datangnya tahun baru. Jika mengikuti tradisi lama, makanan yang biasa disajikan adalah jiaozi dan ikan. Makna dari jiaozi adalah makanan yang biasa dimakan oleh orang kaya maupun miskin, tanpa melihat status sosialnya. Sejak dahulu, jiaozi telah menjadi makanan favorit orang-orang Tionghoa di tanah leluhurnya. Sementara ikan melambangkan rezeki yang berlebih. Beberapa masyarakat menambahkan arak sebagai upaya menghalau bencana di tahun depan, menyembuhkan penyakit, serta memperpanjang umur. Malam tahun baru dihabiskan dengan berbincang bersama anggota keluarga, sehingga mereka tidak tidur dan rumah dibiarkan dalam keadaan terang benderang. Makna di balik kegiatan itu adalah agar setiap roh jahat keluar dari tempat persembunyiannya dan menghilang. Ketika waktu tepat menunjukan pukul 12 malam, atau hari pertama, semua orang akan mengenakan pakaian baru, serta mengunjungi kerabatnya sambil mengucapkan selamat tahun baru. Hal itu dilakukan sebagai bentuk rasa syukur dan memberikan doa kepada kerabat agar kehidupannya berjalan baik. Ada kebiasaan khusus bagi orang yang lebih tua untuk memberikan uang yang dibungkus dengan kertas kepada mereka yang lebih muda. Di Indonesia disebut dengan “angpau”, dan biasanya diberikan juga kepada mereka yang belum menikah. Makanya adalah mewujudkan rasa kasih sayang kepada seluruh anggota keluarga, serta sebagai pelindung dari pengaruh jahat bagi anak-anak mereka. Hari kedua, merupakan waktu untuk mengunjungi kerabat dan teman dekat. Masing-masing akan membawa permen, kue, dan buah jeruk, yang melambangkan harapan, kemuliaan hidup, kemewahan, dan kebahagiaan. Hari ketiga, orang-orang Tionghoa akan membersihkan rumah mereka. Makna dari kegiatan itu adalah sebagai upaya membuang kesialan dari tempat tinggal mereka. Pada hari itu, orang-orang Tionghoa akan berdiam di dalam rumah sebagai simbol kedamaian dan kesejahteraan. Pada hari keempat, para perempuan akan berkeunjung ke rumah orang tua mengajak anak-anaknya, sambil membawakan beberapa hadiah untuk orang tuanya sebagai wujud kasih sayang. Hari kelima, waktu di mana dewa turun dari langit. Pada hari ini, orang-orang akan berdua, memuja, dan memohon perlindungan dari dewa. Hari kelima juga menandakan berakhirnya rangkaian perayaan Imlek. Puncak perayaan biasanya ditandai dengan festival barongsai dan lilin. Sumber : Hasanah, Hasyim. 2014. Perayaan Imlek Etnis Tionghoa : Menakar Implikasi Psiko-Sosiologis Perayaan Imlek bagi Komunitas Muslim di Lasem Rembang. Jurnal Penelitian. Semarang : UIN Walisongo Foto : commons.wikimedia.org
ADVERTISEMENT