Konten dari Pengguna

Manusia Piltdown, Kebohongan Terbesar dalam Sejarah Dunia Sains

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
18 Desember 2020 10:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Ilustrasi para ilmuwan tengah meneliti fosil yang diemukan Charles Dawson. Dok: Wikimedia Commons.
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Ilustrasi para ilmuwan tengah meneliti fosil yang diemukan Charles Dawson. Dok: Wikimedia Commons.
ADVERTISEMENT
Pada 18 Desember 1912, atau tepat 108 tahun yang lalu, surat kabar di hampir seluruh dunia mengabarkan berita yang menggemparkan: "Teori Darwin Terbukti!"
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah pertemuan di Geological Society di London, yang dihadiri oleh para elite dalam dunia ilmu pengetahuan di Britania Raya, fragmen-fagmen dari tengkorak dan tulang rahang fosil manusia purba diungkap pada dunia.
Fosil tersebut kemudian diklaim sebagai 'nenek moyang orang Inggris', Piltdown Man atau Eoanthropus dawsoni, diambil dari nama Charles Dawson, arkeolog amatir yang mengaku menemukan fosil-fosil tersebut di lubang berisi kerikil di Barkham Manor, Piltdown, Sussex.
Temuan itu selanjutnya diserahkan pada Sir Arthur Smith Woodward, ahli palaeontologi asal Inggris, yang dengan senang hati menerimanya.
Saat itu, para ilmuwan di seluruh dunia sedang berlomba-lomba menemukan benang merah yang terputus dari Teori Evolusi milik Charles Darwin. Sejak Charles Darwin mempublikasikan teorinya yang ikonik mengenai asal-usul sepsies atau Origin of Species pada tahun 1859, perburuan bukti untuk membenarkan teori tersebut semakin gencar.
Foto: Charles Dawson. Dok: Wikimedia Commons.
Temuan fosil yang diberi nama Neanderthals, telah didapatkan di Jerman dan Prancis. Para ilmuwan Inggris Raya pun tak mau ketinggalan, ingin membuktikan bahwa Britania Raya juga memainkan peran penting dalam mengungkap evolusi manusia.
ADVERTISEMENT
Dan penemuan Piltdown Man oleh Charles Dawson seakan menjadi jawaban atas do'a mereka. Karena berkat dia, Inggris bisa mengklaim sebagai tanah kelahiran manusia.
Namun, Piltdown Man sejak awal penemuannya telah mendapatkan penentangan dari berbagai kalangan. Sejumlah ahli meragukan kecocokan antara tengkorak dan rahang fosil yang Charles Dawson temukan. Namun, sejumlah temuan fosil serupa kemudian menyusul ditemukan di lokasi di mana belulang purba tersebut ditemukan.
Foto: Ilustrasi tengkorak Manusia Piltdown. Dok: Wikimedia Commons.
Sejak saat itu Piltdown Man dimasukkan dalam silsilah nenek moyang manusia purba, sebelum Homosapiens atau manusia modern.
Namun, pada 21 November 1953 atau 40 tahun kemudian semenjak ditemukannya fosil tersebut, kebenaran akhirnya terungkap. Segala klaim terkait fosil itu ternyata bualan belaka.
Perkembangan dari teknologi penanggalan fosil pada tahun 1940-an berhasil membantu menguak salah satu kebohongan terbesar dalam sejarah.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1949, Dr Kenneth Oakley, staf Natural History Museum menguji fosil Piltdown Man dan ia menemukan bahwa tengkorak dan rahang yang ditemukan ternyata tak sekuno yang dikira. Usianya bahkan tak sampai sejuta tahun.
Fragmen tengkorak yang ditemukan Charles Dawson ternyata hanya berumur sekitar 500 tahun. Sementara, fragmen rahang bahkan ternyata bukan berasal manusia, tapi orangutan.
Foto: Salah satu surat kabar yang memberitakan tentang penemuan Charles Dawson tersebut. Dok: Wikimedia Commons.
Piltdown Man, secara harafiah, ternyata merupakan makhluk setengah kera dan setengah manusia yang terdiri atas tengkorak manusia zaman pertengahan, rahang bagian bawahnya ditempel fragmen dari seekor orangutan dari Sarawak (Malaysia) dan fosil giginya dari simpanse.
Umurnya pun disamarkan dengan cara merebus fosil tersebut lalu diberi pewarna agar terlihat antik dan sesuai dengan warna tambang kerikil tempatnya ditemukan.
ADVERTISEMENT
Lebih jauh lagi, para ilmuwan menguak sekitar 40 fragmen yang ditemukan di Piltdown tidak memiliki kaitan dengan nenek moyang manusia.
**
Referensi: