Martin Luther dan Reformasi Agama di Eropa

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
2 Maret 2018 11:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Martin Luther merupakan tokoh penting yang penentangannya terhadap Gereja Katolik Roma melahirkan Reformasi Protestan. Ia lahir di Kota Eisleben, Jerman, pada 1483.
ADVERTISEMENT
Pendidikan awalnya ditempuh di jurusan hukum, namun ia tidak menyelesaikannya, dan memilih untuk menjadi biarawan Agustinian. Memasuki usia 29 tahun, Martin Luther menerima gelar doktor Teologi dari Universitas Wittenberg, dan ditunjuk sebagai staf pengajar di sana.
Kritikan-kritikan yang dikeluarkan oleh Martin Luther terjadi ketika ia mengetahui adanya praktik menjual surat pengakuan dosa oleh gereja. Surat pengakuan dosa seharusnya sebuah hal yang sakral, karena merupakan bentuk anugerah gereja terhadap dosa yang telah diperbuat.
Pada 31 Oktober 1517, Martin Luther membuat 95 tesis yang isinya mengutuk keduniawian gereja secara umum, dan praktik jual beli surat pengakuan dosa secara khusus.
Martin Luther menempelkan surat protesnya itu di Gereja Wittenber, dan mengirim satu salinannya ke Uskup Agung Mainz. Salinannya pun diperbanyak untuk disebarkan secara luas di wilayah Wittenberg.
ADVERTISEMENT
Aksi protes Martin Luther terhadap gereja menyebar dengan cepat dan meluas ke seluruh wilayah Jerman. Martin Luther dengan segera menolak otoritas Paus dan konsili gereja, dengan menekankan bahwa dirinya akan dibimbing oleh Kitab Suci dan akalnya sendiri.
Mengetahui hal itu, gereja tidak tinggal diam dan segera memanggil Martin Luther untuk mepertanggungjawabkannya. Di hadapan para pejabat gereja Martin Luther mengeluarkan segala pendapatnya.
Tapi gereja tidak mendengarkan dan ia dinyatakan sebagai seorang pelanggar hukum oleh Parlemen Worms pada tahun 1521. Martin Luther disuruh menyesali perbuatan bid’ahnya, dan seluruh tulisannya dinyatakan terlarang bagi masyarakat.
Hukum di Jerman abad ke-16 biasanya akan memenggal kepala orang yang menentang kebijakan gereja, namun Martin Luther memiliki dukungan yang kuat dari masyarakat, termasuk beberapa kelas bangsawan.
ADVERTISEMENT
Martin Luther sangat berjasa dalam pembuatan Kitab Injil yang diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman. Hal itu memungkinkan setiap orang dapat membaca kitab suci tanpa perlu bergantung kepada gereja dan pendeta.
Salah satu pemikiran Martin Luther yang amat penting adalah doktrin pembenaran oleh iman semata, yang berasal dari tulisan-tulsan Santo Paulus.
Martin Luther percaya bahwa manusia begitu tercemar oleh dosa sampai-sampai kebaikan saja tidak akan cukup untuk menghindarkan manusia dari api neraka. Keselamatan manusia hanya akan didapat dari keimanan dan pertolongan Tuhan semata.
Pemikirannya itu memandang keliru praktik penjualan surat pengampunan, yang selalu dianggap oleh masyarakat sebagai cara mendapatkan keselamatan dari dosa yang telah diperbuat. Gereja sebagai perantara antara manusia dengan Tuhan dianggap salah dalam membimbing manusia.
ADVERTISEMENT
Seluruh pemikiran Martin Luther nyatanya memberikan efek yang besar terhadap perubahan agama di Eropa.
Ketidakpuasan terhadap Gereja Katolik semakin meluas di seluruh negara Eropa. Sehingga tidak heran jika Martin Luther dianggap sebagai aktor yang bertanggung jawab atas dimulainya reformasi agama di Eropa.
Munculnya reformasi itu menghasilkan perang agama di Eropa, seperti Perang 30 Tahun di Jerman yang berlangsung dari tahun 1618 sampai 1648. Selain perang, muncul konflik politik antara kalangan Katolik dan Protestan di abad-abad berikutnya.
Walaupun Protestan bukan agama dominan ketika itu, namun perkembangannya cukup besar dengan munculnya sekte-sekte kecil di seluruh wilayah Eropa.
Sumber: Hart, Michael H. 2016. 100 Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia. Jakarta : Noura. Foto: catholicherald.co.uk
ADVERTISEMENT