Masabumi Hosono, Orang Jepang Penyintas Titanic yang Justru Dianggap Pengecut

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
13 Agustus 2020 9:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Masabumi Hosono sebelum menaiki Kapal Titanic pada 1912. Foto: Dok. Wikimedia Commons.
zoom-in-whitePerbesar
Masabumi Hosono sebelum menaiki Kapal Titanic pada 1912. Foto: Dok. Wikimedia Commons.
ADVERTISEMENT
Sekitar 108 tahun lalu, Kapal Titanic tenggelam usai menabrak gunung es di Samudra Atlantik pada 15 April 1912. Dari sekitar 2.224 penumpang dan awak kapal, tercatat 1.514 orang tewas di perairan dingin Atlantik Utara.
ADVERTISEMENT
Sementara hanya sekitar 700 orang yang berhasil menyelamatkan diri dengan sekoci. Kapal terbesar di dunia saat itu karam dalam pelayaran perdananya dari Southampton, Inggris menuju New York, Amerika Serikat.
Dari ratusan korban selamat, Masabumi Hosono menjadi satu-satunya orang Jepang yang selamat. Namun, kisah hidupnya bisa dibilang lebih tragis setelah tragedi Titanic.
Hosono awalnya disebut "Lucky Japanese Boy" oleh media Amerika usai insiden itu, tetapi saat kembali ke negaranya ia justru dikucilkan dan dicap pengecut karena menyelamatkan nyawanya sendiri dan menaiki sekoci.
Sementara saat kapal tenggelam, sekoci-sekoci yang tersedia diprioritaskan untuk wanita dan anak-anak. Hosono dituduh berdandan sebagai wanita untuk mendapatkan akses ke sekoci, namun tidak ada bukti soal ini.
ADVERTISEMENT

Tragedi yang Mengubah Hidup

Kapal Titanic siap untuk diluncurkan pada tahun 1911. Kapal itu dibangun di Queen's Island, sekarang dikenal sebagai Titanic Quarter , di Pelabuhan Belfast yang merupakan bagian dari galangan kapal Harland and Wolff. Foto: Dok. Wikimedia Commons.
Masabumi Hosono lahir di Jepang pada tahun 1870. Ia lulus dari Tokyo Higher Commercial School--sekarang Hitotsubashi University pada tahun 1896 dan mulai bekerja sebagai pegawai negeri--versi lain dengan jabatan setingkat direktur jenderal--di Kementerian Transportasi Kekaisaran Jepang di bagian perkeretaapian.
Ia bekerja sambil melanjutkan pendidikan kursus bahasa Rusia. Diketahui, saat itu Jepang masih merintis pengembangan jalur kereta apinya sehingga Hosono yang sudah menguasai bahasa Rusia, diminta melakukan riset soal teknologi perkeretaapian ke Negeri Beruang Putih yang sudah lebih maju.
Saat perjalanan kembali ke Jepang, ia singgah di London, Inggris, lalu ke Southampton, di mana ia berhasil memebeli tiket penumpang kelas dua Kapal Titanic dan menaiki kapal itu pada 10 April 1912.
ADVERTISEMENT
Hari-hari pertama pelayaran merupakan petualangan yang luar biasa bagi semua penumpang Titanic. Namun, tidak ada yang menyangka apa yang terjadi empat hari kemudian saat tengah malam pada 14 April 1912.
Versi berwarna dari foto hitam-putih asli gimnasium kelas satu di Kapal Titanic. Diambil Robert John Welch (1859-1936), fotografer resmi untuk Harland & Wolff sebelum Titanic berlayar. Tampak kapal ini menawarkan satu-satunya kemewahan dan pelayanan berlayar terbaik kepada penumpangnya saat itu. Foto: Dok. Wikimedia Commons.
Hosono sedang tidur di kamarnya saat kapal menabrak gunung es. Lalu beberapa menit kemudian, ia dibangunkan oleh salah satu pramugari dan mendengar alarm darurat kapal berdering. Namun ia masih menganggap itu sebuah latihan penyelamatan.
Kemudian ia keluar kamar dan menemukan kondisi kabin sudah kacau; orang-orang berlarinya, lampu kabin mati. Hosono berlari menuju dek kelas satu dan melihat satu per satu sekoci darurat diturunkan.
Ia sempat ditolak seorang petugas saat hendak menaiki sekoci karena bukan penumpang kelas satu. Dalam keadaan siap untuk mati dan kembali ke dek bawah, ia mendengar seorang petugas kapal di salah satu sekoci berteriak "kurang dua orang lagi!"
ADVERTISEMENT
Seorang pria lalu langsung melompat ke sekoci yang banyak diisi wanita dan anak-anak, Hosono ikut melompat. Sementara petugas tidak begitu memperhatikan karena keadaan gelap dan kepanikan yang semakin menjadi.
Delapan jam kemudian sekoci dan penumpangnya diselamatkan kapal RMS Carpathia; Hosono pun selamat.

Langgar Ajaran Bushido

Sekoci terakhir penyintas Titanic tiba di sisi Kapal Carpathia pada 15 April 1912. Foto: Dok. Wikimedia Commons.
Setelah memulai kehidupan baru di Jepang, kabar tenggelamnya Titanic menyebar cepat ke seluruh penjuru Negeri Sakura, bersamaan dengan kabar Hosono--satu-satunya orang Jepang yang selamat. Tokoh-tokoh penting pun mulai mengomentarinya sebagai seorang pengecut.
Media bahkan menyebutnya harus berpura-pura menjadi wanita agar mendapat tempat di sekoci. Ia dianggap tidak menerapkan salah satunya prinsip Bushido, cara hidup samurai dengan mengorbankan diri untuk menjaga kehormatan sampai mati.
ADVERTISEMENT
Pria itu pun dipecat dari pekerjaannya karena menjadi contoh perilaku tidak terhormat oleh penduduk Jepang. Menurut laporan onlyfunfacts.com, kisah Hosono dimasukkan dalam buku teks di Jepang sebagai contoh perilaku tidak etis.
Hosono meninggal dunia pada 14 Maret 1939, dan kisahnya masih terus menjadi aib bagi keluarga dan negaranya. Ia pun tidak pernah berbicara tentang apa yang sebenarnya terjadi.
Ilustrasi Kapal Titanic karam di perairan Atlantik Utara dalam lukisan "Titanic Sinking" karya Willy Stöwer pada 1912. Foto: Dok. Wikimedia Commons.
Film Titanic garapan James Cameron sangat sukses dirilis pada tahun 1997, orang-orang mulai mengetahui gentingnya situasi saat kapal tenggelam. Tindakan para penyintas, termasuk Hosono, untuk menyelamatkan diri karena keinginan kuat untuk hidup mulai diterima.
Masih di tahun yang sama, keluarga Hosono menerbitkan surat tulisan tangan Hosono ke media yang menggambarkan situasi saat kapal tenggelam. Cucunya yang juga musisi ternama di Jepang, Haruomi Hosono, mengatakan kehormatan kakek dan keluarganya perlahan bisa pulih karena surat itu dan dirilisnya film Titanic.
ADVERTISEMENT
***
Referensi:
ADVERTISEMENT