Melawan Keterbatasan ala Rosalind Franklin, Pionir Biologi Molekuler

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
7 Januari 2021 16:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Rosalind Elsie Franklin. Dok: Insidescience.org
zoom-in-whitePerbesar
Rosalind Elsie Franklin. Dok: Insidescience.org
ADVERTISEMENT
Rosalind Elsie Franklin, wanita yang lahir di London, Inggris, pada 25 Juli tahun 1920, merupakan seorang ahli kimia sekaligus master dari kristalografi sinar-X, sebuah metode yang digunakan untuk menentukan suatu struktur atom dan molekul sebuah kristal. Penelitiannya yang paling terkenal adalah penelitian terkait dengan struktur double-helix DNA, yang memenangkan Nobel bagi tiga pria di tahun 1962, yaitu Francis Crick, James Watson, dan Maurice Wilkins.
ADVERTISEMENT
Bersama dengan ilmuwan Francis Crick, James Watson dan Maurice Wilkins, Franklin meneliti struktur DNA dengan difraksi sinar-X. Bahkan, Franklin bisa dikatakan sebagai ilmuwan termuda sebab ia memutuskan untuk menggeluti bidang tersebut sejak umur 15 tahun.
Franklin masuk ke Universitas Cambridge pada tahun 1938. Namun, keberhasilannya masuk ke salah satu perguruan tinggi ternama tersebut tidak mendapatkan dukungan dari pihak keluarga.Bahkan, ayahnya menolak untuk membiayai pendidikan anak perempuannya tersebut. Beruntungnya, bibi Franklin bersedia untuk menanggung semua biaya pendidikannya.
Mendapat dukungan dari Ibunda dan bibinya untuk menyelesaikan pendidikan di universitas,akhirnya lambat laun ayahnya mengalah juga. Beberapa tahun setelah pecahnya Perang Dunia II di Eropa pada tahun 1939, Franklin berhasil menuntaskan pendidikannya di Universitas Cambridge pada tahun 1941.
Cambridge University. Dok: Telegraph
Berbekal ilmu kedoketeran yang ia dapat sewaktu kuliah di Universitas Cambridge, Franklin fokus meneliti sifat batu bara dan arang kayu serta bagaimana menggunakannya secara efisien dalam dunia kedokteran.
ADVERTISEMENT
Selain melakukan serangkaian penelitian, Franklin diketahui menerbitkan sejumlah buku panduan penelitian. Ia juga menjadi pelopor penggunaan metode difraksi sinar-X untuk membuat gambar zat padat yang dikristalkan dan dengan metode ini, ilmuwan juga dapat menganalisis bahan yang rumit dan tidak teratur seperti molekul biologis besar.
Pada tahun 1950-an, Franklin melakukan penelitiannya di King’s College, London. Franklin 'hampir' membuktikan teori double-helix setelah mengambil gambar photograph #51, yaitu foto molekul DNA terjernih saat itu. Namun, saat itu Watson dan Crick mengintip penelitian milik Franklin ketika Wilkins, rekan Franklin, menunjukkan photograph #51 kepada Watson. Max Perutz, salah satu anggota King’s Medical Research Council, menyerahkan data penelitian Franklin yang belum resmi diterbitkan kepada Crick.
Photograph #51. Dok: Livescience
Pada tahun 1953, Watson dan Crick menerbitkan hasil penelitian ikonis mereka di Nature dengan mengutip penelitian Franklin yang juga diterbitkan pada edisi yang sama. Di tahun yang sama, Franklin meninggalkan King’s College untuk bergabung ke laboratorium J. D. Bernal di Birkbeck College, di mana ia menemukan struktur virus mosaik tembakau (tobacco mosaic virus).
Rosalind Franklin. Dok: Wikimedia Commons.
Nahasnya, ketika berada di puncak kariernya, Franklin diketahui mengidap penyakit kanker pada rahimnya di tahun 1956. Kemunculan penyakit tersebut diduga karena Franklin sering terpapar radiasi sinar-X ketika melakukan serangkaian penelitiannya. Franklin masih melanjutkan kerjanya di laboratorium hingga ia meninggal pada tahun 1958.
ADVERTISEMENT
**
Referensi: