Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Konten dari Pengguna
Melihat Gaya Berpakaian Masyarakat Jawa di Masa Lampau
19 November 2020 14:19 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Tata busana dan kelengkapan pakaian masyarakat Jawa Kuna pada masa Mataram Kuna makin bisa dikaji. Sumber relief Karmawibhangga di bagian kaki candi Borobudur menggambarkan tata busana rakyat Jawa kuna di jaman candi tersebut dibangun. Relief tersebut menceritakan suasana keseharian masyarakat beserta kegiatan mata pencaharian yang dilakukan saat itu.
ADVERTISEMENT
Pada masa Mataram kuna abad ke 8-9 Masehi, perempuan Jawa biasa cenderung membiarkan bagian atas tubuhnya (payudara) terbuka. Begitu juga dengan laki-lakinya. Mereka hanya menutupi bagian bawah tubuh dari pinggang hingga kaki dengan bahan kain. Baik pakaian laki-laki atau perempuan tidak menunjukkan perbedaan yang berarti.
Busana untuk kelas menengah biasanya dilengkapi dengan hiasan anting, gelang, atau kalung. Bagi kelas sosial yang lebih tinggi, seperti bangsawan dan raja, mereka digambarkan memakai perhiasan yang lengkap. Rambut mereka disanggul yang disusun meninggi dan diberi hiasan emas atau permata. Raja mengenakan mahkota tinggi.
Sumber prasasti Jawa kuna sejak abad ke 9 Masehi menyebutkan kata untuk pakaian seperti: kulambi (dalam bahasa Jawa sekarang menjadi ‘klambi’ (baju). ‘Sarwal’ (kemudian menjadi sruwal yang artinya celana). ‘Ken’ berarti kain, istilah untuk kain yang dipakai oleh kaum wanita dan ‘wdihan’ sebagai istilah kain untuk kaum pria dan sebagainya. Di dalam prasasti, penyebutan untuk jenis kain ada bermacam-macam mengisyaratkan ada semacam jenis kain/motif yang hanya khusus untuk kelompok strata sosial tertentu.
ADVERTISEMENT
Dari bukti seni arca bisa diamati cara pemakaian tata busana dan kelengkapannya. Ada motif hias kain dan berbagai bentuk perlengkapan perhiasan seperti kalung, gelang tangan, gelang lengan, perhiasan untuk kepala atau gelung untuk putri. Meskipun ornamen hiasan arca ini mirip dengan arca Hindu-Budha di India, namun ada perbedaan ornamen detailnya.
Ada sesuatu yang menarik bahwa telah ditemukan berbagai artefak perhiasan dari bahan emas untuk berbagai jenis perhiasan di situs Wonoboyo (Klaten). Dapat diperoleh kesimpulan bahwa tata busana masyarakat Jawa Kuna dapat dibedakan sesuai dengan tingkat kedudukan dan fungsinya antara masyarakat biasa (rakyat jelata) dan penguasa (raja) atau bangsawan.
Pada masa antara abad ke-13 sampai masa Majapahit akhir sekitar abad ke-16, fungsi busana telah berkembang menjadi fungsi untuk menunjukkan tingkat struktur sosial. Tata busana dan kelengkapan masyarakat Jawa Kuna dalam konteks ini dapat menunjukkan strata, apakah berasal dari golongan rakyat biasa atau golongan bangsawan. Perbedaan fungsional tersebut berakibat pada aspek bahan, bentuk, dan motif ragam hiasnya.
ADVERTISEMENT
Pada abad tersebut, perempuan Jawa kuna mulai menutup bagian atas tubuh mereka. Kita mengenalnya sekarang sebagai kain kemben. Menurut sumber Kakawin Sumanasāntaka, kaum wanita yang masih kerabat dekat dari raja atau keturunan bangsawan mengenakan kain kemben wulang emas. Kain itu mereka pakai pada bagian atas badan dan disampirkan pada bahu.
Misalnya, busana raja akan berbeda dengan busana para pejabat kerajaan di bawah raja. Busana juga punya fungsi yaitu busana dan kelengkapan yang dipakai sebagai ciri aktivitas ritual. Ketika Sang Raja melaksanakan aktivitas ritual keagamaan akan berbeda ketika ia sedang di hadapan para punggawa kerajaan.
Sumber: kemdikbud.go.id, Inda Citraninda Noerhadi . 2012. Busana Jawa Kuna. Jakarta: Komunitas Bambu.