Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Memperingati 32 Tahun Peristwa Pemboman Pesawat Pan Am 103
21 Desember 2020 15:28 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Pada 21 Desember 1988, penerbangan pesawat Pan Am 103 dari London ke New York meledak di udara di atas Lockerbie, Skotlandia, menewaskan semua 243 penumpang dan 16 awak pesawat, serta 11 warga Lockerbie di darat.
ADVERTISEMENT
Sebuah bom yang disembunyikan di dalam pemutar kaset audio meledak di area kargo saat pesawat berada di ketinggian 31.000 kaki. Bencana, yang menjadi subjek investigasi kriminal terbesar di Inggris, diyakini sebagai serangan terhadap Amerika Serikat karena 189 korban adalah warga Amerika.
Peristiwa terorisme terjadi dengan menanam bom di pesawat saat berada di bandara di Frankfurt, Jerman. Pihak berwenang mencurigai serangan itu sebagai pembalasan atas serangan udara AS tahun 1986 terhadap Libya, di mana putri muda pemimpin Muammar al-Gaddafi terbunuh bersama dengan lusinan orang lainnya, atau insiden 1988, di mana AS secara keliru menembak jatuh sebuah pesawat dari Iran Air penerbangan komersial di atas Teluk Persia yang menewaskan 290 orang.
Enam belas hari sebelum peristiwa di Lockerbie, kedutaan besar AS di Helsinki, Finlandia, menerima panggilan peringatan bahwa bom akan ditempatkan pada penerbangan Pan Am dari Frankfurt. Ada kontroversi mengenai seberapa serius AS menanggapi ancaman tersebut dan apakah para pelancong seharusnya diberi tahu, tetapi para pejabat kemudian mengatakan bahwa hubungan antara panggilan itu dan bom itu kebetulan.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1991, setelah penyelidikan bersama oleh otoritas Inggris dan FBI, agen intelijen Libya, Abdel Basset Ali al-Megrahi dan Lamen Khalifa Fhimah didakwa atas pembunuhan; Namun, Libya menolak untuk menyerahkan tersangka ke AS. Akhirnya, pada tahun 1999, dalam upaya meringankan sanksi PBB terhadap negaranya, Qaddafi setuju untuk menyerahkan kedua orang tersebut ke Skotlandia untuk diadili di Belanda menggunakan hukum dan jaksa Skotlandia.
Pada awal tahun 2001, al-Megrahi divonis dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup dan Fhimah dibebaskan. Atas keberatan pemerintah AS, Al-Megrahi dibebaskan dan dikembalikan ke Libya pada Agustus 2009 setelah dokter menetapkan bahwa dia hanya punya waktu beberapa bulan untuk hidup. Pada Desember 2020, muncul laporan bahwa Departemen Kehakiman AS akan membuka segel tuntutan pidana terhadap tersangka pemboman lainnya, Abu Agila Mas'ud.
Pada tahun 2003, Libya menerima tanggung jawab atas peristiwa pemboman tersebut, tetapi tidak mengungkapkan suatu penyesalan. PBB dan AS mencabut sanksi terhadap Libya dan Libya setuju untuk membayar setiap keluarga korban sekitar 8 juta dolar AS sebagai ganti rugi. Pada tahun 2004, perdana menteri Libya mengatakan bahwa kesepakatan itu adalah "harga untuk perdamaian", yang menyiratkan bahwa negaranya hanya bertanggung jawab untuk mencabut sanksi, sebuah pernyataan yang membuat marah keluarga para korban.
ADVERTISEMENT
Pan Am Airlines, yang bangkrut tiga tahun setelah pemboman, menggugat Libya dan kemudian menerima ganti rugi sebesar 30 juta dolar AS.
**
Referensi: