Mengenal Lebih Jauh Pabrik Karet Tjipetir

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
18 Mei 2017 22:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Cerita tentang Pabrik Karet Tjipetir
Ditemukannya tablet-tablet karet bertulisakan ‘Tjipetir’ di pesisir pantai di berbagai negara, salah satunya di Inggris, beberapa tahun lalu telah menyedot perhatian publik. Selama sekitar satu abad, tablet karet yang bertuliskan ‘Tjipetir’ menjadi sebuah misteri. Misteri tablet karet yang berkualitas tinggi itu berujung dengan sebuah pabrik tua yang berada di Sukabumi, tepatnya di Cipetir.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan angka tahun yang terdapat di bagian dinding pabrik, pabrik tersebut berdiri pada tahun 1885. Berdirinya pabrik ini adalah dampak dari disahkannya UU Agraria tahun 1870. Undang-undang tersebut merupakan titik di mana Cultuur Stelsel atau kita kenal dengan sistem tanam paksa (1830-1870) berakhir. Dengan disahkannya UU agraria 1870, jalan bagi pengusaha swasta terbuka bebas, sehingga para pemilik modal bisa menjalankan usahanya di Hindia Belanda (Indonesia).
Pada saat Belanda memerintah di Indonesia, produksi dari pabrik ini cukup banyak. Hasil produksi nantinya akan diekspor ke luar negeri untuk digunakan sebagai bahan pembuat bola golf, pembungkus kabel telegraf juga sebagai bahan untuk pembuatan gigi palsu. Bahan dasar yang digunkan dalam produksi adalah daun-daun pohon Gutta Percha, atau disebut dengan Karet Oblong oleh masyarakat lokal.
ADVERTISEMENT
Dulunya, hasil produksi berbentuk persegi dan jumlah dari produksinya pun terbilang banyak. Sekarang, hasil produksi dari pabrik itu berbentuk bulat dan jumlahnya pun sangat sedikit. “produksi dilakukan hanya jika ada pesanan saja” ungkap seorang penjaga pabrik.
Jika kita ke-sana, terdapat sebuah bangunan yang berada tidak jauh disekitar lokasi pabrik. Berdasarkan obrolan ringan dengan seorang penjaga pabrik waktu itu, bangunan tersebut dulunya adalah kantor, di mana para petinggi pabrik (orang Belanda) bekerja.
Ramai diperbincangkan, pabrik tua yang dulunya sepi ‘pengunjung’ kini banyak orang berdatangan, baik masyarakat sekitar atau bahkan orang-orang yang terbilang jauh. Ada yang datang untuk meliput, meneliti pabrik atau hanya sekedar dijadikan tempat untuk berfoto-foto.
Kebanyakan remaja yang tinggal berdekatan dengan pabrik, berkunjung hanya untuk sekedar berfoto ria. Banyak sekali penulis jumpai foto-foto remaja di media sosial di pabrik tersebut dengan hastag (#) tjipetir. Sangat disayangkan apabila datang hanya untuk sekedar selfie, padahal di pabrik tersebut terkandung nilai sejarah. Selain itu, pasca boomingnya Pabrik Karet Tjipetir, pemerintah kabupaten baru mengambil tindakan dengan menjadikan pabrik tersebut sebagi cagar budaya. Pabrik yang termakan usia, tak terurus baru mendapat perhatian setelah terkenal. Ini salah satu kebiasaan yang salah. Mengapa sebelum pabrik ramai dibicarakan kondisi pabrik seperti pabrik yang sudah tidak beroperasi
foto : Dokumentasi Potongan Nostalgia
ADVERTISEMENT