Konten dari Pengguna

Mobil Pertama Hindia Belanda dan Gengsi Para Bangsawan

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
8 Desember 2017 10:19 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Orang Indonesia yang tercatat sebagai pemilik mobil pertama di Hindia Belanda adalah Sunan Solo
ADVERTISEMENT
Tepat enam tahun setelah John C. Potter memperkenalkan motor roda dua, Jan Stoop pada November 1899 mendatangkan motor beroda empat yang berfungsi sebagai gerbong minyak. Kehadiran kendaraan roda empat tersebut tentunya mendapat sambutan yang cukup berarti. Belum juga bisa memiliki mesin beroda dua alias sepeda motor, mesin ajaib lainnya sudah datang ke Hindia Belanda. alamak!
Sementara itu, sejarah hadirnya mobil di Indonesia, mempunyai perjalanan yang panjang dan menarik, meskipun sesungguhnya sudah sejak kekuasaan bangsa Portugis pada 1602 hingga pindahnya kekuasaan di tangan VOC, kisah mengenai mobil ini sudah ada. Oranng-orang Portugis memperkenalkannya sebagai ‘kreta’. Tetapi barulah pada abad XX masyarakat mengenal adanya kereta yang digerakkan dengan tenaga atau mesin. Atau orang-orang pribumi menyebutnya dengan “kereta Setan”
ADVERTISEMENT
Jangan dibayangkan bahwa mobil zaman dulu mirip avanza, atau macam mobil sport Lamborghini. Bentuk mobil atau kendaraan beroda empat pada 1894 masih seperti andong di Jawa. Rodanya berjari-jari kayu dan bennya dari karet mati. Tempat duduk penumpangnya dibuat berhadapan dan satu tempat duduk lainnya di bagian depan supir. Adapun stirnya, masih berbentuk stang yang di hubungkan dengan bagian bawah, roda depan maupun belakang. Juga dilengkapi dengan per, sebagai pengatur keseimbangan kalau-kalau menemui jalan yang kurang baik atau karena penumpang yang berlebihan. Mobil-mobil jenis ini kemudian dibawa ke Hindia-Belanda
Orang Indonesia yang tercatat sebagai pemilik mobil pertama di Hindia Belanda adalah Sunan Solo, pada 1894. Mobilnya bermerk Benz, tipe Carl Benz. Dengan waktu persiapan pembuatannya sekitar satu tahun, karena tipe ini memiliki banyak variasi sesuai dengan pesanan Sunan.
ADVERTISEMENT
.\Melihat Sunan Solo yang mampu membeli mobil yang kala itu masih dianggap sebagai barang mewah, memicu keluarga kerajaan lain juga membeli mobil. Adalah Kanjeng Raden Sosrodiningrat turut membeli sebuah mobil merk Dimler. Mobil merk ini, memang tergolong mobil termahal dan haya dimiliki oleh orang-orang berkedudukan tinggi. Mobil ini bekerja dengan empat silinder sama dengan kendaraan yang di pakai oleh Gubernur Jendral di Batavia.
Orang Indonesia lainnya yang juga dari keluarga kesultanan yang memiliki mobil pribadi, adalah Sultan Ternate pada 1913. Keinginannya untuk memiliki dan mengendarai “kereta setan” setelah merasakan nikmatnya duduk di kendaraan merk King Dick yang dibawa oleh seorang Belanda dalam perjalanannya keliling Maluku. Tidak seperti King Dick dengan perawakan beroda tiga, Sultan Ternate memesan kendaraan beroda empat, agar bisa dibawa kemana saja.
ADVERTISEMENT
Di Pekalongan ada Raden Mas Ario Tjondro, Bupati Brebes yang membeli mobil pada 1904, dengan merk Orient Backboard. Mobil ini dilengkapi dengan perseneling untuk maju dan mundur. Disamping itu Anak Agung, Bupati Gianyar, tidak mungkin dipisahkan dengan sejarah kehadiran mobil di Pulau Bali. Dia merupakan orang Bali pertama yang memiliki mobil pribadi.
Gengsi Para Sultan
Masuknya mobil ke Hinidia Belanda, bukan lagi hanya sekedar sebagai alat transportasi yang bisa memudahkan pekerjaan, Mobil hadir sebagai representasi gengsi mereka para bangsawan yang beduit, mereka yang hendak menunjukan dan berkeliling dengan dada busung menunggangi produk Eropa, yang hanya orang-orang tertentu saja yang punya. Kemudian orang-orang hanya bisa terpaku dan terkagum.
Harga mobil pada awal-awal penemuannya bukan lagi wacana yang bisa dibeli oleh rakyat biasa, ajang pembuktian bagaimana gengsi kerluarga bangsawan amatlah tinggi, mereka seolah tak mau ketinggalan, satu kerajaan membeli, tak ada alasan bangsawan lain untuk tidak membeli.
ADVERTISEMENT
Tapi bukankah itu tujuan utama para penjajah? Membawa produk merekalalu masuk ke dalam mental orang-orang Hindia Belanda
Sumber : Habnit, F. 1988. Mobil-mobil Tempo Dulu. Jakarta: Penerbit Metro Pos
foto: Kompasiana.com