Konten dari Pengguna

Mode Busana Masa Gotik Abad Pertengahan (Bagian I)

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
14 April 2017 20:49 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada abad ke-13, terjadi perubahan perkembangan busana Eropa. Busana mulai dilengkapi dengan bukaan pada bagian depan atau belakangnya yang dapat ditutup kembali. Busana kaum lelaki saat itu menjadi semakin pendek, sehingga membuat mereka semakin ringkas dan gesit, sedang busana perempuan menggunakan gaun dengan ekor dibelakangnya. Selain itu pada abad ini hal-hal yang berbau mewah dan indah menjadi semakin marak digunakan, menyebabkan busana-busana utamanya perempuan sangat dekoratif dan variatif.
ADVERTISEMENT
Tak lupa tata warna sebagai ciri khas abad ini adalah warna-warna yang dapat mengekspresikan suasana hati mereka, susunan warna kontras biasanya sering digunakan, warna merah menandakan warna berkabung bagi kerabat raja Perancis.
Meski warna-warna kontras digemari, nyatanya timbul sebuah gejolak yang mengakibatkan timbulnya reaksi terhadap warna-warna kontras. Akibatnya, hampir tiga abad kemudian warna-warna netral seperti hitam menjadi pilihan busana. Bahkan di Istana Bourgondia dalam periode beberapa puluh tahun hanya warna hitam, putih, dan abu-abu yang diperbolehkan.
Masa warna-warna cemerlang yang hidup dalam busana kemudian disebut sebagai masa Gotik. Pada masa ini bahan tekstil menjadi semakin mewah, sedang bahan-bahan yang terbuat dari wol yang sebelumnya berkembang mulai ditinggalkan dan diganti dengan sutera, taft, damast, beledru, dan brokat.
ADVERTISEMENT
Seabad kemudian, lelaki dan perempuan di Eropa mulai mengenal gaun luar yang ketat atau disebut surcot. Namun agar dapat menggunakan surcot, orang harus merampingkan badannya dengan menggunakan stagen ketat, atau lebih dikenal dengan corset. Dalam pekembangannya busana lelaki setelahnya dikenal dengan sebutan pourpoint, atau jika digambarkan semacam jas tutup yang pendek dan ketat pada pinggang dan pinggul dengan bagian atas yang bidang, dilengkapi dengan lengan pof yang besar. Lengan pof besar dengan bahu yang bidang dari puorpoint diperoleh dengan menggunakan bantalan-bantalan sekeliling kerung lengan atau mahoitres.
Busana yang tak kalah penting bagi kaum hawa pada periode Gotik adalah surcot ouvert. Busana ini berbentuk jubah akbar tanpa lengan, kerung lengan berbentuk sangat besar sehingga cotte hardie yang dikenakan di dalamnya bisa terlihat. Surcot ouvert yang menggunakan bulu hewan sebagai hiasannya disebut sebagai hermelin. Pada bagian bawah surcot ouvert berbentuk longgar dan panjang serta dilengkapi dengan ekor.
foto : www.elacraciun.ro
ADVERTISEMENT