Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Konten dari Pengguna
Mohammad Yamin, Bahasa Pemersatu dan Sumpah Pemuda
28 Oktober 2020 15:22 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mohammad Yamin adalah sastrawan, sejarawan, budayawan, politikus, dan ahli hukum yang telah dihormati sebagai pahlawan nasional Indonesia. Ia merupakan salah satu perintis puisi modern Indonesia dan pelopor Sumpah Pemuda sekaligus "pencipta imaji keindonesiaan" yang mempengaruhi sejarah persatuan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sebagai Ketua Jong Sumatranen Bond (kelompok pemuda Sumatera), Mohammad Yamin mulai aktif mengemukakan gagasan tentang persatuan Indonesia. Sebagai seorang penyair dan sastrawan, Yamin meyakini jika bahasa dapat menjadi “alat” pemersatu bangsa.
Melalui pidatonya dalam Kongres Pemuda I yang diselenggarakan pada tanggal 30 April hingga 2 Mei 1926 di Batavia (Jakarta), Mohammad Yamin dengan lantang mengutarakan gagasannya. “Kemungkinan Bahasa-bahasa dan Kesusastraaan di Masa Mendatang”, Mohammad Yamin mengusulkan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan.
ADVERTISEMENT
Pidato yang disampaikan Mohammad Yamin mendapatkan respons yang baik dari peserta kongres yang hadir. Mereka tertarik terhadap gagasan Mohammad Yamin mengenai persatuan. Banyak yang meyakini bahwa pemakaian bahasa Melayu yang memang sudah banyak digunakan sebagai bahasa pengantar selain bahasa Belanda dan bahasa Arab, dapat digunakan sebagai bahasa pengantar di Indonesia.
Kongres Pemuda I memang belum berhasil menyatukan kelompok pemuda dalam satu organisasi. Sebagaimana Mohammad Yamin pun ikut menolak dilakukannya fusi untuk mewadahi semua organisasi pemuda dalam satu wadah yang sama. Mohamad Yamin lebih memilih dibentuknya federasi dari perkumpulan-perkumpulan yang ada dengan maksud agar organisasi tiap daerah lebih bisa bergerak bebas tanpa adanya sebuah aturan yang melekat.
Namun, pidato Mohammad Yamin pada Kongres Pemuda I mulai menumbuhkan konsep mengenai persatuan Indonesia yang semakin menggebu.
ADVERTISEMENT
Hingga dilakukannya Kongres Pemuda II yang dilaksanakan pada 27 Oktober 1928 di Batavia (Jakarta), Yamin yang menjabat sebagai Sekretaris Kongres belum menyetujui dibentuknya fusi, padahal sudah banyak organisasi pemuda yang setuju untuk dibentuknya fusi. Salah satu di antaranya organisasi Perhimpunan Indonesia dan Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPKI).
Mohammad Yamin tidak ingin Kongres Pemuda II berakhir tanpa hasil. Setidaknya, harus ada kesepakatan bersama yang disetujui dan dibacakan seluruh peserta kongres mengenai nilai persatuan.
Saat kongres tengah berlangsung, Yamin menuliskan gagasan “Sumpah Pemuda” dalam kertas yang kemudian kertas tersebut disodorkan kepada Soegondo Djojopoespito, selaku Ketua Kongres.
“Ik heb een eleganter formulering voor de resolutie (Saya punya rumusan resolusi yang elegan),” ujar Mohammad Yamin pada Seogondo, dikutip dari buku Mengenang Mahaputra Prof. Mr. H. Muhammad Yamin Pahlawan Nasional RI (2003). Rumusan itu kini dikenal dengan nama Sumpah Pemuda yang sampai saat ini sering dikumandangkan setiap Hari Sumpah Pemuda.
ADVERTISEMENT
Hari Sumpah Pemuda ditetapkan pertama kali di masa pemerintahan Presiden Soekarno, yaitu pada tanggal 28 Oktober 1959 melalui Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959. Sumpah Pemuda dimaknai sebagai momentum bersatunya para pemuda seluruh Indonesia yang kemudian bergerak dalam satu haluan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia.
Setelah Kongres Pemuda II, Mohammad Yamin mulai melakukan gagasan fusi organisasi pemuda daerah. Akhirnya, pada tahun 1930, semua organisasi pemuda bisa bersatu dalam satu wadah, yaitu Indonesia Muda yang memiliki tujuan untuk membangun dan mempertahankan keinsyafan anak bangsa yang bertanah air satu agar mencapai Indonesia Raya.