Muhammad Ali dan Sejarah Dunia Tinju Profesional

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
18 Juni 2018 22:12 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Muhammad Ali vs Sonny Liston (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Muhammad Ali vs Sonny Liston (Foto: Istimewa)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Muhammad Ali lahir di Louisville, Kentucky, Amerika Serikat, pada 17 Januari 1942, dengan nama Cassius Marcellus Clay, Jr. Ia memulai menggeluti tinju ketika berusia 12 tahun.
ADVERTISEMENT
Pada usia 18 tahun, Clay telah mencatatkan rekor 108 kemenangan, dengan hanya menerima kekekalahan sebanyak 8 kali dalam pertandingan tinju amatir. Puncak karier di dunia tinju amatir terjadi ketika ia berhasil meraih medali emas tinju kelas berat Olimpiade Roma, Italia, pada 1960.
Setelah Olimpiade, Clay segera memasuki dunia tinju profesional, dan meraih banyak kemenangan di awal karier profesionalnya. Clay lalu mendapat julukan 'Louisville Lip' dan 'Mighty Mouth'.
Pada 1964, Clay menantang juara dunia Sonny Liston. Ia sesumbar akan memukul KO Sonny Liston di ronde kedelapan, namun pertandingan ternyata berakhir lebih cepat.
Pada awal ronde ketujuh, Sonny Liston tidak dapat beranjak dari sudutnya dan Clay pun dinyatakan menang. Ia berhasil menjadi juara tinju kelas berat, dan sejak saat itu menamakan dirinya 'The Greatest'.
ADVERTISEMENT
Cassius Marcellus Clay, Jr kemudian secara mengejutkan memilih untuk memeluk agama Islam pada 1964. Clay lalu mengganti namanya menjadi Muhammad Ali--nama yang lebih dikenal oleh dunia.
Pertandingan ulang antara Ali dengan Sonny Liston kembali digelar tahun berikutnya. Pertandingan itu kembali dimenangkan oleh Ali. Sementara pada kesempatan lain, ia juga mengalahkan mantan juara Floyd Petterson. Total, hingga 1967, Muhammad Ali lima kali mempertahankan gelar juara.
Di luar ring, Muhammad Ali sempat mendapatkan kecaman setelah ia menolak untuk mengikuti wajib militer dalam Perang Vietnam. Ali pun dikenal sebagai salah satu tokoh menentang perang dan wajib militer.
Akibat dari keputusannya itu, karier Ali di dunia tinju mulai menurun. Ia mendapat kecaman dan dikenai larangan bertanding di Amerika Serikat. Muhammad Ali pun meletakkan gelar juara dunia kelas berat pada 1967.
ADVERTISEMENT
Pada akhir 1970, Muhammad Ali kembali ke atas ring untuk menghadapi juara dunia Joe Frazier. Kabar kembalinya Muhammad Ali menjadi perbincangan hangat di seluruh dunia. Pertandingan itupun akhirnya dimenangkan oleh Joe Frazier setelah melalui 15 ronde yang sangat sengit.
Muhammad Ali kembali menantang Joe Frazier pada 1974 di Madison Square Garden, New York. Joe Frazier, yang telah kehilangan gelar juaranya setelah kalah dari George Foreman, berhasil dikalahkan, dan Ali pun berhak menantang Foreman.
Saat akan melawan Foreman, banyak orang menilai bahwa Ali akan kembali kalah, mengingat usia Foreman jauh lebih muda. Namun, anggapan itu tidak terbukti, Ali berhasil memukul KO Foreman pada ronde kedelapan. Muhammad Ali pun kembali memperoleh gelar juara dunia.
ADVERTISEMENT
Muhammad Ali mempertahkan gelar juaranya enam kali antara tahun 1976 sampai 1978. Ia kehilangan gelarnya pada 1978 setelah kalah dari Leon Spinks di Las Vegas. Namun, masih di tahun yang sama, Ali berhasil membalas kekalahannya dari Leon Spinks dalam 15 ronde pertandingan ulang.
Muhammad Ali pensiun pada 1979. Ia sempat kembali lagi pada 1980 dengan menantang Larry Holmes, tetapi ia kalah.
Muhammad Ali mencatatkan rekor tinju profesionalnya dengan 56 kali kemenangan, 37 di antaranya menang KO, dan 5 kali kekalahan. Setelah pensiun Muhammad Ali melakukan banyak kegiatan sosial dan kemanusiaan, serta berdakwah ke seluruh dunia.
Sumber: Susanto, Ready. 2011. 100 Tokoh Abad ke-20 Paling Berpengaruh. Bandung: Nuansa