Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Mulai Jadi Tren, Sejak Kapan Sepeda Eksis di Indonesia?
6 Juli 2020 7:02 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Bersepeda mulai jadi tren transportasi saat masa pandemi. Tidak hanya sebagai sarana olahraga, sepeda bahkan sudah menjadi alat berekspresi bagi anak muda hingga orang tua.
ADVERTISEMENT
Setiap akhir pekan, transportasi 'genjot' ini berseliweran di jalanan ibukota. Bahkan tak sedikit orang yang rela merogoh kocek selangit untuk membeli sepeda yang lebih mahal dari motor atau mobil.
Namun, tahukah kamu sejak kapan sebenarnya sepeda mulai eksis di Indonesia?
Faktanya sepeda sudah populer di Indonesia sejak masa kolonial Belanda. Bahasa Jawa sepeda yaitu pit bahkan merupakan serapan dari bahasa Belanda, fiet.
Ya, sejarah keberadaan sepeda di Tanah Air sudah terekam 130 tahun lalu. Jakarta Tempo Doeloe gubahan Abdul Hakim (1989) menyebut sepeda pertama kali muncul di Batavia--sebutan Jakarta zaman kolonial--pada tahun 1890.
Pada waktu itu, Rover menjadi merek sepeda yang paling laku dan jadi kebanggaan pemiliknya. Di toko-toko Pasar Gambir kala itu, Rover dijual seharga 500 gulden atau setara Rp 4.050.690 (kurs 5 Juli 2020).
Sepeda pertama muncul di Batavia pada tahun 1890. Pada waktu itu seperti merek Rover yang harganya 500 Gulden menjadi kebanggaan yang luar biasa bagi pemiliknya.
ADVERTISEMENT
Namun saat itu, hanya orang Belanda dan saudagar China yang sanggup membeli sepeda di Batavia. Di Pasar Gambir kala itu, seorang Belanda bernama Gruyter yang menjual fiet memiliki tanah lapang yang biasa dipakai bangsawan balap sepeda.
Pada tahun 1937, di Batavia tercatat ada sekitar 70.000 sepeda. Dari jumlah itu, rata-rata satu sepeda dipakai untuk delapan penduduk Jakarta waktu itu.
Tak hanya di Jakarta, dokumentasi foto dari Leiden University Libraries menyebut sepeda kayuh sudah masuk ke Kota Pontianak pada 1890 dan hanya dimiliki keluarga kerajaan.
Ini membuktikan, kala itu sepeda yang umumnya diimpor dari luar negeri masih merupakan barang mewah. Ada beberapa merek sepeda yang beredar, seperti buatan Inggris; Humber Cross (1901), Raleigh (1939), Phillips (1956), Hercules (1922). Sedangkan lansiran Belanda misalnya Rover (1890), Batavus (1920), Gazelle (1925), Valuas (1940), Master (1950).
ADVERTISEMENT
Beberapa model sepeda klasik pun masih dikenal dan diburu hingga kini, salah satunya 'Onthel Veeno'. Pada masa Orde Lama, Presiden Sukarno sempat melarang peredaran sepeda buatan Barat dan pasarnya pun diramaikan merek China, seperti Butterfly dan Phoenix.
Rangka sepeda merek dari Negeri Tirau Bambu ini lebih ringan dan lebih kecil dari sepeda Eropa, sehingga sesuai dengan postur orang Indonesia. Kala itu sepeda itu juga populer disebut sepeda jengki atau sepeda kumbang.
Pada tahun 1960-an posisi sepeda sebagai transportasi masyarakat kelas atas di kota besar mulai bergeser dengan popularitas motor dan mobil. Eksistensi pun cenderung meredup karena melesatnya pasar kendaraan bensin.
Pada tahun 1977, 'demam' mountain bike yang dikembangkan Joe Breeze dan Gary Fisher mulai menjamur ke kota-kota di Indonesia. Lalu, loyalis sepeda modern kembali meningkat pada medium tahun 1980.
ADVERTISEMENT
Selain mountain bike, pada tahun itu jenis sepeda komuter, sepeda anak, dan sepeda lipat yang kini jadi tren ternyata sudah sangat populer kala itu.
***
Referensi: