Konten dari Pengguna

Museum Alexandria, Gudangnya Pengetahuan di Mesir Kuno

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
12 Februari 2021 22:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Sebagian besar kalangan sejarawan dunia mengenal Museum Alexandria sebagai museum paling terkenal pada peradaban klasik. Meski dibangun di wilayah Mesir, namun saat itu wilayah Mesir kuno berada dibawah pengaruh politik dan budaya Yunani dan Romawi kuno.
ADVERTISEMENT
Ptolemy I Soter (366-282 SM) dianggap sebagai pendiri Museum Alexandria (Mouseion) pada tahun 305 SM. Museum ini juga memiliki bagian perpustakaan (Perpustakaan Alexandria) yang terkenal itu. Dinasti Ptolemeus menghabiskan banyak waktu dan uang untuk membangun Museum dan Perpustakaan Alexandria.
Ia mengundang cendekiawan dan memperoleh teks dari seluruh Mediterania. Sebagian besar sumber kuno menyebut Ptolemeus II Philadelphus yang berkuasa dari 285-246 SM sebagai pendiri perpustakaan.
Sumber: Wikimedia Commons
Model konsepsi Museum kemungkinan adalah Lyceum Aristoteles yang punya hubungan kuat dengan Demetrios dari Phaleron (c. 350 - c. 280 SM), seorang murid Aristoteles. Lokasi Museum tepatnya tidak diketahui tetapi kemungkinan besar dekat istana kerajaan. Museum ini dikelola oleh seorang pendeta kepala yang memiliki tim penerima beasiswa yang dibayar oleh negara, baik gaji maupun biaya hidup.
ADVERTISEMENT
Di Museum banyak dilakukan penelitian, menyalin buku, dan memberi ceramah adalah kegiatan utama mereka. Tugas utama ini membuat Museum Alexandria mendapatkan ketenaran terluas, terutama di bidang sains, mekanik, kedokteran, matematika, filsafat, dan beasiswa sastra. Para pelajar yang menimba ilmu di museum disediakan biara dan tempat tinggal.
Museum juga menyelenggarakan makan malam dan simposium. Simposium ini memiliki cara seperti simposium Yunani klasik yaitu pesta minum informal di mana ada diskusi tentang segala macam topik mulai dari politik hingga etika. Sesi diskusi simposium sering dihadiri oleh para penguasa, termasuk Cleopatra VII (51-30 SM).
Museum juga mengelola distribusi buku perpustakaan ke kota-kota lain di Kerajaan Ptolemeus. Museum dan Perpustakaan keduanya pernah rusak oleh kebakaran pada masa pemerintahan Julius Caesar (b. C. 100 SM). Tetapi kemudian dilanjutkan dan bahkan diperluas oleh kaisar Romawi seperti Hadrian pada abad ke-2 Masehi.
Sumber: Wikimedia Commons
Museum ini juga menginspirasi pembangunan institusi serupa lainnya di tempat lain, terutama di Pergamon, Rhodes, dan Syracuse. Museum pernah hancur pada tahun 272 M lalu Museum Alexandria sekali lagi dapat dipulihkan tetapi mengalami kemunduran.
ADVERTISEMENT
Anggota pengelola terakhir Museum yang diketahui tercatat adalah Theon dari Alexandria. Ia adalah komentator matematika dan ayah dari filsuf dan matematikawan terkenal Hypatia (c. 370 - 415 CE ). Sayangnya, mengikuti dekrit Theodosius I (berkuasa 379-395 M) yang sudah memeluk Nasrani untuk menutup semua situs pagan pada tahun 391 M berdampak pada Museum yang juga ikut ditutup dan menghilang dari sejarah peradaban klasik.
Namun, Museum Alexandria menginspirasi banyak museum kelas dunia, seperti British Museum dan Louvre, yang bukan hanya menampilkan karya seni dan artefak tetapi juga mendanai penelitian dan pendidikan.
Sumber: ancient.eu